Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam WIB telah menewaskan lebih dari 131 orang. Kini, masyarakat pun mendesak Mochamad Iriawan alias Iwan Bule selaku Ketua Umum PSSI untuk mundur dari jabatannya.
Masyarakat pasalnya tidak puas dengan kepemimpinan Iriawan. Tidak hanya sang ketua umum, masyarakat juga mendesak agar para pengurus PSSI yang menjabat sekarang juga mundur dari posisinya.
“Kita juga meminta Ketua Umum dan semua pengurus Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mundur dari jabatannya, sebagai bentuk hormat dan respect terhadap korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Malang dan untuk pembenahan sepak bola secara keseluruhan,” bunyi pernyataan dari Perhimpunan Jurnalis Rakyat selaku penggagas petisi, Rabu (5/10/2022).
“Sepak bola sejatinya menyenangkan, bukan malah merenggang nyawa. Sepakbola seharusnya menghibur, bukan malah meneteskan air mata. Sepakbola seharusnya jadi pemersatu, bukan malah sumber bencana,” lanjut mereka.
Baca Juga: Bahas Tragedi Kanjuruhan dengan Gianni Infantino, Jokowi: Keputusan di Tangan FIFA
Dalam petisi tersebut dijelaskan bahwa pihak keamanan sudah meminta agar pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022-2023 dipindahkan ke sore hari. Kubu Arema pun menyetujui hal ini.
Kendati demikian, tentangan justru datang dari PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selaku operator kompetisi. Perhimpunan Jurnalis Rakyat menilai penolakan itu terjadi karena berkaitan dengan rating penonton TV.
Baca Juga: Hasil Rapat Perdana TGIPF Tragedi Kanjuruhan: Semua Kompetisi PSSI Dihentikan Sementara!
Padahal, pertandingan yang digelar malam hari memiliki risiko lebih besar jika terjadi kerusuhan dan benar saja hal ini terjadi. Maka dari itu, masyarakat yang sudah muak dengan kepengurusan PSSI menuntut orang-orang yang memegang posisi di sana untuk mundur.
PSSI dinilai terus membiarkan PT LIB mengatur laga Liga 1 musim ini terlalu malam tanpa memperhatikan keselamatan suporter. Hingga artikel ini diterbitkan, tercatat sudah ada lebih dari 1.800 orang yang menandatangani petisi.
