Robin van Persie angkat bicara mengenai alasan dirinya menolak tawaran Erik Ten Hag untuk kembali ke Manchester United menjadi asisten pelatih.
Sebelumnya, Ten Hag mempertimbangkan untuk menunjuk rekan senegaranya, Van Persie sebagai salah satu asisten pelatihnya setelah menandatangani kontrak 3 tahun di Old Trafford.
Namun, Van Persie yang bermain untuk Setan Merah selama 3 tahun menolak kembali klub lamanya itu bersama Ten Hag. Striker asal Belanda itu lebih memilih untuk tinggal di akademi klub Eredivisie, Feyenoord saat ini.
Keluarga memainkan peran penting dalam keputusan Van Persie menolak tawaran menangani mantan klubnya itu. Putra Van Persie, Shaqueel, saat ini berada di akademi Feyenoord, sementara putrinya, Dina, adalah penunggang kuda.
Baca Juga: Hal Kocak di Laga Austria vs Denmark: Listrik Mati hingga Muncul Lubang di Lapangan
Bagi Van Persie, saat ini, keluarga adalah prioritasnya dan berada dekat dengan anak istrinya adalah hal yang penting.
"Putra dan putri saya penting saat ini. Fakta bahwa mereka berdua menemukan hobi mereka luar biasa. Hobi itu menyenangkan," kata pemain yang juga pernah berkostum Arsenal itu kepada majalah Life After Football.
"Dina berhasil melakukannya dengan menunggang kuda, dia benar-benar menyukainya, dan Shaqueel memiliki hal yang sama dengan sepak bola. Istri saya, Bouchra, mengembangkan semua bakatnya dengan proyek kami dan itu bagus untuk dilihat. Kami sedang bersenang-senang bersama," tuturnya.
Pasalnya, sewaktu aktif merumput, Van Persie dan keluarganya sudah beberapa kali hidup berpindah-pindah. Kini, ia hanya ingin bertahan di negaranya bersama keluarga tercinta.
"Di London, ketika saya bermain di Arsenal, kami pindah 5 kali. Kami juga tinggal di Manchester dan Istanbul. Secara keseluruhan, kami pergi selama hampir 14 tahun. Tetapi kemudian kami berpikir, 'apa yang baik untuk anak-anak sekarang?' dan merasa sedikit stabilitas akan menyenangkan," pungkasnya.
Van Persie telah mencetak 58 gol dalam 105 penampilan untuk Manchester United dan membantu tim yang kala itu diasuh Sir Alex Ferguson memenangkan gelar Liga Premier setelah kepindahannya yang kontroversial dari Arsenal.
