Dicap bak Putin Dalam Sepak Bola karena Ngotot dengan ESL, Presiden Juventus Bilang Gini

- Jumat, 4 Maret 2022 | 14:16 WIB
Presiden Juventus, Andrea Agnelli. (REUTERS/Massimo Pinca)
Presiden Juventus, Andrea Agnelli. (REUTERS/Massimo Pinca)

Presiden Juventus, Andrea Agnelli disebut diktator bahkan dicap bak Vladimir Putin dalam sepak bola karena bersikeras melanjutkan proyek European Super League (ESL). Lalu apa kata Agnelli soal itu?

Sebelumnya, dunia sepak bola dihebohkan setelah 12 klub besar Eropa menggagas European Super League (ESL) atau Liga Super Eropa. ESL ini digadang-gadang sebagai tandingan Liga Champions, di mana peserta ESL akan mendapatkan keuntungan maksimal.

Baca Juga: Pioli Minta Pemainnya untuk Lebih Kompak

Adapun ke-12 klub yang memprakarsai ESL yakni AC Milan, Arsenal, Atletico Madrid, Barcelona, Inter Milan, Liverpool, Manchester City, Manchester United, Real Madrid, dan Tottenham Hotspur.

Namun seiring waktu berjalan, 9 dari 12 klub mengundurkan diri karena desakan fans dan ancaman sanksi dari FIFA. Saat ini, hanya Juventus, Barcelona dan Real Madrid yang masih bertahan dengan proyek ESL.

Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, sempat menyindir Agnelli yang ngotot dengan ESL. Ia menyebut Agnelli sebagai diktator dan Vladimir Putin-nya sepakbola. Putin sendiri adalah Presiden Rusia yang kini sedang melancarkan perang kepada Ukraina.

"Agnelli adalah seorang perampas kekuasaan, seorang diktator, Putin dalam sepakbola. Seorang pria tanpa rasa malu. Bahkan perang tidak bikin dia lunak, itu memalukan," kata Ceferin dalam acara Financial Times Business of Football Summit di London, Kamis (3/3/2022).

Senada dengan Ceferin, Presiden LaLiga, Javier Tebas turut menyindir Agnelli, Florentino Perez dan Joan Laporta. Ia menyebut ketiganya sebagai pembohong.

"Setiap kali saya mendengar komunikasi dari klub-klub (European Super League), saya semakin geram. Mereka berbohong lebih dari (Vladimir) Putin," ujar Tebas dalam acara yang sama.

Agnelli turut bicara di acara Financial Times Business of Football Summit. Ia tak terima disebut sebagai diktator dan tetap melanjutkan ESL.

"Super League tidak gagal. Menurut pendapat saya, sepakbola Eropa sangat butuh reformasi. Saya tidak akan menerima pertanyaan tentang Tebas, pernyataannya berbicara sendiri," kata Agnelli, dikutip dari Football Italia.

"UEFA tahu bahwa saya sebagai presiden Juventus sedang mengerjakan sesuatu yang berbeda. Super League adalah kerja kolektif dari 12 klub, bukan satu orang. 12 klub menandatangani kontrak 120 halaman dan masih mengikat untuk 11 klub tersebut," dia menambahkan.

"Kompromi bukan lagi pilihan, kita perlu reformasi yang lebih dalam. Apakah monopoli kepengurusan cocok untuk memimpin bisnis seperti sepakbola? Saya pikir tidak," Andrea Agnelli menegaskan.

 

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X