'Perceraian' Ronaldo dan Real Madrid Berujung Penderitaan Kedua Pihak di Liga Champions

- Jumat, 14 Agustus 2020 | 13:10 WIB
Cristiano Ronaldo sewaktu berkostum Real Madrid. (express.co.uk)
Cristiano Ronaldo sewaktu berkostum Real Madrid. (express.co.uk)

Cristiano Ronaldo memutuskan berpisah dari Real Madrid dan memilih Juventus karena merasa tidak dicintai lagi seperti dulu oleh presiden Madrid, Florentina Perez.

Tapi, itu mungkin hanya sebuah kekeliruan. Lihatlah kini kondisi kedua belah pihak. Apapun itu, perpisahan agaknya menyakitkan dan menyisakan luka, baik bagi yang meninggalkan ataupun yang ditinggalkan.

Juventus klub baru Ronaldo tidak mendapat tempat di delapan besar Liga Champions usai dipermalukan Lyon.

Sementara sang mantan, Real Madrid menyerah di kandang dan tandang oleh Manchester City.

Dua tahun setelah perceraian mendadak mereka, Ronaldo dan Real masih berjuang untuk membuktikan bahwa mereka lebih baik berpisah.

-
Cristiano Ronaldo saat dikenalkan pada publik Santiago Bernabeu. (talkSport.com)

Kepergian megabintang Portugal itu dari Santiago Bernabeu membuat Los Blancos mengantongi biaya transfer tinggi. Selain itu, El Real juga terbebas dari pengeluaran gaji besar untuk seorang Ronaldo.

Dalam hal ini, keputusan Real untuk menjual Ronaldo masuk akal secara finansial seperti halnya Juve membelinya.

Secara komersial, Bianconeri belum selevel dengan Los Galacticos. Hanya saja kedua klub itu sama-sama punya hal yang harus diperbaiki. Namun efek Ronaldo telah banyak membuka peluang baru bagi Si Nyonya Tua.

Di sisi lain, kedua pihak bisa dibilang mulai saling melupakan masa lalu dan fokus dengan kehidupan baru. 

Ya, Real Madrid terbukti sudah move on dengan meraih gelar La Liga pertama mereka sejak 2018 tanpa Ronaldo. Sementara itu, Ronaldo juga memenangkan Scudetto Serie A dengan Juventus.

Lebih lanjut lagi berbicara soal Liga Champions, kedua pihak sama-sama merana di sana.

Mungkin Ronaldo selalu mendominasi berita utama di Madrid, tetapi ada nama-nama besar lain di belakangnya. Termasuk Benzema, Gareth Bale (ketika dia fit dan fokus), Luka Modric, Sergio Ramos, Toni Kroos, Isco dan Marcelo yang jika menyatu menjadi kombinasi berbahaya.

Sedangkan di Juve, selain Paulo Dybala, mereka tidak memiliki pengubah level permainan yang sama dan kurangnya penetrasi dari lini tengah yang dibutuhkan untuk bersaing, apalagi berkembang, di Liga Champions.

Belum lagi dengan kursi kepelatihan Juventus yang diisi 3 orang berbeda dan datang silih berganti. Ya, memasuki musim ketiga Ronaldo di Turin, Andrea Pirlo adalah pelatih ketiganya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X