INDOZONE.ID - Minyak berjangka Amerika Serikat (AS) kembali merosot dalam perdagangan elektronik pada Minggu malam waktu setempat atau Senin (17/4/2020) waktu Indonesia. Kondisi tersebut memperpanjang kerugian dari pekan lalu yang menandai kerugian kedelapan dari sembilan minggu terakhir.
Perdagangan minyak sendiri sangat fluktuatif pekan lalu, dalam perpanjangan aksi jual yang mendominasi trading sejak awal Maret karena permintaan anjlok 30 persen akibat pandemi virus corona. Pemotongan produksi global dinilai belum sejalan dengan jatuhnya permintaan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, turun 32 sen menjadi US$16,62 per barel pada pukul 05.15 WIB, sementara Brent berjangka, patokan internasional, naik 12 sen, atau 0,6 persen, menjadi menetap di posisi US$21,56 per barel, demikian laporan Reuters, di New York.
Minyak berjangka menandai penurunan ketiga berturut-turut minggu lalu, dengan Brent ditutup melorot 24 persen dan WTI menyusut sekitar 7 persen.
Pedagang memperkirakan permintaan akan merosot selama berbulan-bulan karena gangguan ekonomi yang disebabkan pandemi tersebut. Investor akan mencermati laporan keuangan pekan yang dirilis sejumlah raksasa energi, termasuk Exxon Mobil, BP Plc dan Royal Dutch Shell.
Produsen mungkin tidak memotong output dengan cepat atau cukup dalam untuk mendukung harga, terutama ketika output ekonomi global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 2% tahun ini, lebih buruk daripada krisis keuangan.
Penyimpanan dengan cepat terisi di seluruh dunia, yang dapat memerlukan lebih banyak pengurangan produksi, bahkan setelah Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutu termasuk Rusia, bulan ini sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari.