Krisis Ekonomi Lebanon Bagai Neraka: Bensin Langka, Listrik Mati, Harga Pembalut Melonjak

- Jumat, 9 Juli 2021 | 13:53 WIB
Warga mendorong mobil menuju SPBU di Beirut, Lebanon (REUTERS/Mohamed Azakir)
Warga mendorong mobil menuju SPBU di Beirut, Lebanon (REUTERS/Mohamed Azakir)

Lebanon tengah berada di jurang krisis ekonomi. Hiperinflasi dan langkanya sembako sudah mulai umum ditemui. PM sementara Lebanon, Hassan Diab mengakui negaranya menghadapi krisis ekonomi yang terus memburuk.

Dilansir CNN, krisis ekonomi di Lebanon membuat mata uangnya kehilangan nilai hingga 90%. Bank juga membatasi penarikan tunai dan transfer.

"Saya menyerukan kepada raja, pangeran, presiden dan pemimpin negara sahabat kita, dan saya menyerukan PBB dan semua organisasi Internasional untuk membantu menyelamatkan Lebanon dari kehancurannya," kata Diab kepada para duta besar.

Aliran listrik kini juga terputus yang berujung matinya koneksi internet di beberapa kota. Toko roti tak bisa beroperasi karena kehabisan bahan bakar, padahal roti adalah salah satu makanan pokok warga Lebanon.

Pom bensin ramai dikunjungi oleh warga yang antre membeli bahan bakar. Pandemi Covid-19 ikut memperparah krisis ekonomi di sana.

"Kita sungguh-sungguh berada di neraka," ujar Firas Abiad, Dirjen Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri, yang memimpin perjuangan melawan Corona di Lebanon.

Namun, sebenarnya pandemi hanyalah mengungkap betapa meluasnya praktik korupsi dan ketidakbecusan pemerintah Lebanon mengurus negara bertahun-tahun.

Rumitnya politik membuat negara ini bertumpu pada utang dan impor. Para politikus lebih fokus berebut kekuasaan untuk mengendalikan pemerintahan, ketmbang mengurus warga.

Saking parahnya krisis di Lebanon, wanita bahkan kesulitan membeli pembalut gara-gara harganya melonjak drastis. Harga pembalut naik 500% dari yang tadinya sekitar Rp 28.860 hingga Rp 38.480 menjadi Rp125 ribu hingga Rp307 ribu.

Alhasil, wanita di sana terpaksa membuat pembalut sendiri dari popok bayi atau kain lap.

"Dengan semua kenaikan harga dan rasa frustrasi karena tidak bisa mengatur, saya lebih baik berhenti menstruasi sama sekali," kata Sherine, seorang warga Lebanon sambil menangis, seperti dilansir Global Times.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Zega

Tags

Rekomendasi

Terkini

X