Seorang pria bersenjata Palestina dari kelompok Islam Hamas ditembak mati oleh polisi Israel di Kota Tua Yerusalem pada Minggu pagi (21/11/2021) waktu setempat.
Sebelum ditembak mati, anggota kelompok Hamas itu lebih dulu menembak empat warga sipil. Satu dari empat orang yang dia tembak tewas.
Peristiwa tersebut merupakan serangan kedua yang terjadi di Yerusalem dalam empat hari terakhir, demikian dilansir Reuters.
Berikut empat fakta penembakan tersebut.
1. Dekat Kompleks Masjid Al-Aqsa
Penembakan itu terjadi di dekat salah satu gerbang kompleks Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam. Orang-orang Yahudi menghormati situs tersebut sebagai sisa dari dua kuil kuno.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel, Omer Barlev menyebut bahwa pria bersenjata itu merupakan anggota Hamas dari Yerusalem Timur.
"Dia diduga menggunakan senapan mesin ringan dalam serangan itu," kata Barlev.
Hamas sendiri telah mengkonfirmasi bahwa pria tersebut memang anggota mereka.
2. Inggris Sepakat dengan AS
Sebelumnya pada Jumat (19/11/2021), Inggris mencap Hamas, yang selama ini mengontrol Jalur Gaza dan menolak hidup berdampingan secara permanen dengan Israel, sebagai kelompok teroris.
Langkah itu menunjukkan bahwa sikap Inggris sejalan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Serangan itu membuat dua warga sipil mengalami luka serius, salah satunya meninggal di rumah sakit, menurut seorang juru bicara polisi. Dua petugas polisi terluka ringan.
3. Sikap Israel
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett memerintahkan agar keamanan ditingkatkan di sekitar Yerusalem setelah serangan tersebut.
"Pada pagi seperti ini, seseorang dapat menarik dukungan dari keputusan (Inggris) untuk menggambarkan Hamas - termasuk apa yang disebut sayap politiknya - sebagai organisasi teroris," kata Bennett, dikutip dari Reuters.
Untuk diketahui, Israel merebut Kota Tua dan bagian lain Yerusalem Timur dalam perang Timur Tengah 1967 dan mencaploknya secara sepihak. Langkah Israel itu tidak diakui secara internasional.