Protes Berkepanjangan, Ekonomi Hong Kong Mulai Goyah

- Senin, 28 Oktober 2019 | 16:38 WIB
Unjuk rasa di Hong Kong. (Reuters/Ammar Awad)
Unjuk rasa di Hong Kong. (Reuters/Ammar Awad)

Kota Hong Kong telah terjerembab ke jurang resesi setelah dihantam protes antipemerintah lebih dari lima bulan, dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Dilansir dari Reuters, Sekretaris Keuangan Hong Kong, Paul Chan, mengatakan akibat keadaan tersebut, Hong Kong tidak mungkin mencapai pertumbuhan ekonomi tahunan tahun ini.

"Pukulan terhadap ekonomi kita terjadi menyeluruh," kata Chan, Minggu (27/10).

Ia menambahkan bahwa perkiraan awal untuk PDB kuartal ketiga akan menunjukkan dua kuartal berturut-turut kontraksi hingga definisi teknis dari sebuah resesi.

Ia juga mengatakan akan 'sangat sulit' untuk mencapai perkiraan praprotes pemerintah tentang pertumbuhan ekonomi tahunan 0 hingga 1 persen.

Protes di bekas koloni Inggris itu telah mencapai minggu ke-21. Para demonstran berpakaian hitam serta bertopeng membakar toko-toko dan melemparkan bom bensin ke polisi yang merespons dengan gas air mata, water canon dan peluru karet.

Pengunjuk rasa telah berkali-kali membakar toko dan tempat bisnis termasuk bank, terutama yang dimiliki oleh perusahaan China daratan, serta merusak sistem metro kota MTR Corp, yang mereka nilai bertindak atas permintaan pemerintah untuk membatasi aksi protes.

MTR telah menutup layanan kereta lebih awal selama beberapa minggu terakhir dan mengatakan akan menutup sekitar dua jam lebih awal dari biasanya pada Senin (28/10) pukul 11 malam agar dapat memperbaiki fasilitas yang rusak.

Jumlah wisatawan pun anjlok, yang oleh Chan disebut 'darurat' dengan penurunan jumlah pengunjung pada Oktober, hampir 50 persen.

Operator ritel, dari pusat perbelanjaan utama hingga bisnis rumah tangga, terpaksa tutup selama beberapa hari dalam beberapa bulan terakhir.

Sementara pihak berwenang telah mengumumkan langkah-langkah untuk mendukung usaha kecil dan menengah lokal, Chan mengatakan tindakan itu hanya sedikit mengurangi tekanan.

"Biarkan warga kembali ke kehidupan normal, biarkan industri dan perdagangan beroperasi secara normal, dan ciptakan lebih banyak ruang untuk dialog secara rasional," tulisnya.

Para pengunjuk rasa marah atas peningkatan campur tangan Beijing di Hong Kong, yang kembali ke pemerintahan China pada 1997 di bawah formula 'satu negara, dua sistem'. Formula itu dimaksudkan untuk menjamin kebebasan yang tidak bisa dinikmati di China daratan.

China membantah ikut campur. Mereka menuduh pemerintah asing, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, menimbulkan masalah.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X