900 Pasien dari 90 Negara Ikut Uji Coba Massal Obat Corona

- Kamis, 16 April 2020 | 20:35 WIB
China uji coba sejumlah formula vaksin Covid-19. (ANTARA)
China uji coba sejumlah formula vaksin Covid-19. (ANTARA)

Sebanyak 900 orang dari 90 negara mengikuti uji coba massal (solidarity trial), program yang diselenggarakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), guna mengetahui keampuhan obat-obatan untuk mengatasi virus corona (Covid-19).

"Uji coba massa itu dilakukan demi mengevaluasi keamanan dan keampuhan dari satu obat tertentu dan kombinasi beberapa obat," kata Direktur Jenderal WHO, dr Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss, sebagaimana dikutip Antara, Kamis (16/4/2020).

Dia menerangkan, uji coba massal atau solidarity trial itu bertujuan untuk mempercepat penelitian dan pengembangan pengobatan serta uji coba vaksin Covid-19.

Melalui laman resminya, WHO menjelaskan, sejumlah obat-obatan yang jadi objek uji coba, di antaranya Remdesivir; Lopinavir/Ritonavir; Lopinavir/Ritonavir dengan Interferon beta-1a; dan Chloroquine atau Hydroxychloroquine (obat anti-malaria).

Berdasarkan penjelasan WHO, Remdesivir merupakan obat yang sempat diuji coba untuk merawat penderita Ebola. 

"Obat itu memperlihatkan hasil menjanjikan saat diuji coba ke hewan yang menderita Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS), yang keduanya disebabkan virus corona. Hasil itu menunjukkan kemungkinan obat dapat bekerja untuk pasien Covid-19," demikian tulis WHO.

-
Petugas menunjukkan obat chloroquine yang akan diserahkan kepada RSPI Sulianti Saroso di Jakarta. (ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA)

Sedangkan, Lopinavir/Ritonavir merupakan obat yang terdaftar untuk pasien HIV, tetapi belum pernah ada bukti klinis yang menunjukkan pil itu dapat menyembuhkan MERS, SARS, dan Covid-19, atau menghentikan penularan.

Namun, obat itu tetap jadi objek penelitian demi memastikan efektivitas penggunaan Lopinavir/Ritonavir terhadap pasien Covid-19. 

"Sejauh ini hasil penelitian di labratorium menunjukkan ada indikasi kombinasi obat ini (dengan yang lain) mungkin efektif menyembuhkan penyakit COVID-19, tetapi sejauh ini belum ada kesimpulan yang final," sebut WHO.

Dalam keterangannya, para pakar di WHO turut mengombinasikan penggunaan Lopinavir/Ritonavir dengan Interferon beta-1a, obat yang digunakan banyak penderita sklerosis, gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang.

Sementara Chloroquine atau Hydroxychloroquine juga jadi obat yang diuji coba WHO pada solidarity trial. Obat itu biasa digunakan untuk pasien malaria dan orang dengan keluhan sendi, tendon, ligamen, dan jaringan halus lainnya.

"Di China dan Prancis, sejumlah penelitian menunjukkan indikasi adanya manfaat yang mungkin dapat diperoleh dari chloroquine fosfat terhadap penyakit pneumonia yang disebabkan oleh COVID-19, tetapi perlu lebih banyak uji coba secara acak untuk membuktikan keampuhan obat," terang WHO.

Artikel Menarik Lainnya: 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X