Salah satu tantangan yang dihadapi kepolisian dan pemerintah dalam penindakan terorisme adalah, ketidakpercayaan masyarakatnya sendiri terhadap aksi terorisme.
Seperti aksi terorisme di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri. Banyak yang tidak percaya bahwa aksi tersebut benar dilakukan oleh teroris.
"Gerakan radikal yang ada sebagian (masyarakat) masih tidak percaya. Atau sebagian sengaja tidak percaya. Ini masih terjadi di masyarakat," kata Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Pol Rusdi Hartono, dikutip Senin (5/4/2021).
Rusdi mengungkap bahwa ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa bom bunuh diri di gereja Makassar dan penembakan di Mabes Polri hanya rekaan semata.
"Bahkan ada yang berpendapat bahwa kasus Makassar, terus kemudian juga penembakan di Mabes Polri itu rekayasa kata mereka," ucap Rusdi.
Kelompok ini juga dengan lantang mengemukakan opininya dan membuat perpecahan di masyarakat.
"Ini realitas yang perlu kita hadapi bersama," kata Rusdi.
Padahal, selama ini kepolisian terus berupaya menangkap jaringan terorisme, termasuk meringkus terduga teroris tak lama setelah penyerangan tersebut.
"Sebelumnya pada tanggal 6 Januari Densus 88 telah melakukan tindakan preventif, tindakan pencegahan dengan melakukan penegakan hukum terhadap yang kami sebut itu kelompok villa mutiara. Itu di Makassar," kata dia.
Pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar diyakini terkait dengan gerakan teroris di Villa Mutiara.
"Mereka ini kelompok Jamaah Anshar Daulah dan berafiliasi dengan ISIS, seperti itu," katanya.
