Demi Anak Istri, Penjual Ayam Goreng Keliling Rela Makan Nasi Aking di Tengah Pandemi

- Rabu, 27 Mei 2020 | 18:32 WIB
Pedagang ayam goresn makan nasi aking di tengah pandemi demi anak istrinya kini sudah mendapat bantuan (Indozone/Raffi Rayyan)
Pedagang ayam goresn makan nasi aking di tengah pandemi demi anak istrinya kini sudah mendapat bantuan (Indozone/Raffi Rayyan)

Mewabahnya Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia membuat perekonomian lumpuh. Terutama yang terdampak paling parah adalah para UMKM ditingkat paling bawah yang mengandalkan pemasukan setiap harinya. 

Di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng, ada seorang ayah yang rela memakan nasi Aking (nasi sisa yang dikeringkan dan kembali dimasak) asalkan anak istri tercukupi. 

Sudah hampir tiga bulan terakhir, Hariadi (52) bersama istri, lima anak dan satu cucu hidup dalam kondisi sangat sulit. Pria paruh baya warga asli Jawa Tengah, yang kini sudah menjadi penduduk Kabupaen Kotawaringin Barat ini, setiap harinya berjualan ayam goreng keliling menggunakan motor bututnya. 

Dia setiap hari menyusuri jalanan di wilayah pelosok demi mencari rejeki dengan menjual ayam goreng keliling. 

“Ya memang benar saya makan nasi Aking sejak Covid-19 mewabah di Indonesia. Saya tidak ada pilihan lain. Tapi itu untuk saya saja, anak dan istri tetap makan nasi yang bagus,” ujar Hariadi di depan rumah kontraknnya, Rabu (27/5/2020). 

Ia nekat mengonsumsi nasi Aking yang dibelinya di pasar dengan harga Rp5.000 per kilogram demi bertahan hidup. Sebab pendapatannya berjualan ayam goreng keliling menurun drastis sejak mewabahnya virus Corona

-
Pedagang ayam goresn makan nasi aking di tengah pandemi demi anak istrinya kini sudah mendapat bantuan. (Indozone/Raffi Rayyan)

Sebelumnya, dia mampu membawa uang bersih dalam sehari Rp200 ribu usai berjualan ayam KFC sekira 5-6 kilogram. Pelanggan ayamnya banyak dari wilayah pesisir Kecamatan Kumai. 

“Hampir tiga bulan ini saya hanya mendapat uang bersih, Rp50 ribu per hari. Itu hasil penjualan 2 kilogram ayam KFC setelah dipotong modal dan uang bensin,” tutur dia.

Sudah satu tahun terakhir ini dirinya menyewa rumah di Jalan Tjilik Riwut II, Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan (Arsel) tepatnya di belakang kantor BPBD Kobar. 

Bahkan rumah kontrakannya tahun ini belum terbayar. Sewa rumah per tahun Rp8 juta. Beruntung yang punya rumah berbaik hati untuk membayar sewa rumah nanti saat ekonomi dirinya kembali membaik.

“Saya merantau di Kalimantan sudah sekitar 7 tahunan, hidup mengontrak berpindah pindah. Namun saat ini saya sudah menjadi warga Kobar dengan KK dan KTP di RT 15, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Sidorejo,” ujar bapak ini dengan ceria meski perjalanan hidupnya sangat dramatis.

Hariadi mengaku selama hidup merantau di Kalimantan, pernah menjadi tukang rosok (mencari barang bekas) hingga berjualan ayam goreng keliling demi mencukupi kebutuhan keluarganya.

Meski hidup di bawah garis kemiskinan, tak nampak sama sekali kesedihan diraut wajahnya. Hariadi bisa menutupi kesulitannya dengan selalu optimis dan tidak patah semangat. 

“Hidup terus berjalan dan saya harus menjalaninya selagi saya masih bisa berusaha sendiri. Total anak saya sebenarnya ada 7. Tiga anak dari istri pertama, dua anak bawaan dari istri sekarang ditambah 2 anak dari istri sekarang,” ujarnya lirih.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X