Cerita Pahit Manis Para Aktivis Peduli Sampah di Jakarta

- Senin, 8 Juli 2019 | 12:30 WIB
ANTARA/Aditya Pradana Putra
ANTARA/Aditya Pradana Putra

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan jumlah rata-rata produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun.

Asumsinya, sampah yang dihasilkan setiap orang per hari sebesar 0,7 kilogram. Bahkan, studi McKinsey and Co dan Ocean Conservacy menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara penghasil sampah plastik nomor dua di dunia setelah China.

-
Ilustrasi/ANTARA FOTO/Risky Andrianto

Seperti halnya di DKI Jakarta, Dinas Kebersihan setempat mencatat rata-rata 7.000 ton sampah dihasilkan setiap hari. Hal inilah yang membuat pemerintah setempat menargetkan pengurangan sampah plastik mencapai 70 persen hingga 2025.

Adapun upaya yang dilakukan adalah Gerakan Indonesia Bersih (GIB) yang diluncurkan pada 28 April 2019. Program ini merupakan bagian dari Gerakan Revolusi Mental dengan menitikberatkan kepedulian masyarakat untuk mengurangi sampah dari diri sendiri. 

Namun, jauh sebelum gerakan ini dicanangkan, sudah banyak komunitas pecinta lingkungan secara swadaya melakukan kampanye pembuangan sampah pada tempatnya, hingga pengelolaan sampah secara bijak dan bertanggung jawab.

-
Ilustrasi/ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Para pegiat lingkungan tersebut bergerak mulai dari tempat umum, jalanan, hingga ke pelosok perkampungan. Mereka juga menggelar lokakarya dan membentuk bank sampah untuk masyarakat agar bisa mengelola sampah menjadi komoditas ekonomi. Ini juga bermanfaat sebagai sumber penghasilan tambahan bagi warga.

Dalam perjalanannya, ternyata para aktivis lingkungan dan sampah tersebut telah melalui banyak rintangan. Seperti yang dirasakan oleh komunitas pecinta lingkungan Jakarta Osoji Club yang sudah bergerak selama tujuh tahun.

Salah satu aktivitas komunitas tersebut, Faiz Muttaqin mengatakan untuk mengkampanyekan hingga menyadarkan masyarakat tidaklah mudah. Respon masyarakat tidak selalu baik. Bahkan, mereka seringkali dicuekin hingga diajak berkelahi oleh beberapa warga yang tidak terima diperingatkan ketika membuang sampah sembarangan.

"Banyak dari oknum warga pembuang sampah sembarangan malah lebih galak dan nyolot," kata Faiz.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Jakarta Osoji Club ??????????? (@jakartaosojiclub) on

Berdasarkan pengalaman itu, menurut Faiz, sebaiknya upaya penyadaran jangan dilakukan dengan mendokumentasikan pembuang sampah sembarangan, baik melalui foto maupun video. 

"Itu malah membuat pembuang sampah sembarangan tidak simpati dan dongkol sehingga pesan positif tidak bisa diresapi dengan baik," katanya.

Sebaiknya, penyadaran dilakukan dengan komunikasi langsung dengan pembuang sembarangan itu, meski responnya tidak selalu positif.

Sementara itu, seorang aktivitas lain dari komunitas Trash Hero, Wibisono mengatakan masih banyak masyarakat kurang sadar dalam membuang sampah pada tempatnya. Fakta inilah yang menjadi tantangan besar para aktivis lingkungan dalam melakukan kampanye peduli sampah.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X