Volkanolog ITB Jawab Misteri Dentuman di Jabodetabek

- Senin, 13 April 2020 | 10:26 WIB
Gunung Anak Krakatau. (ANTARA/Nurul Hidayat)
Gunung Anak Krakatau. (ANTARA/Nurul Hidayat)

Beberapa hari lalu, tepatnya pada Jumat, 10 April 2020, Gunung Anak Krakatau kembali erupsi sebanyak dua kali yaitu pada pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB. Tipe letusan yang terjadi adalah strombolian dengan tinggi kolom letusan kurang lebih 500 meter.

Namun banyak masyarakat yang mengaitkan erupsi tersebut dengan suara dentuman yang terjadi di Jakarta, Bogor, dan Depok pada Sabtu, 11 April pada dini hari.

Mengenai hal tersebut, Volkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman menjelaskan sampai saat ini belum diketahui secara pasti sumber asal suara dentuman tersebut.

Namun menurutnya, suara dentuman bisa terjadi, salah satunya karena aktivitas magma dari suatu gunung api, akibat perpindahan magma secara tiba-tiba dari dapur magma ke lokasi yang lebih dangkal.

-
Ilustrasi erupsi Gunung Anak Krakatau. (Antara/Sigid Kurniawan)

Kejadian ini mengakibatkan terjadinya kekosongan dan ambruknya dapur magma dalam, sehingga menghasilkan dentuman dan getaran di daerah sekitarnya. Fenomena yang sering dijuga disebut underground explosion ini bisa dan tidak selalu diikuti oleh suatu erupsi gunung api.

“Namun hal tersebut masih perlu mendapat dikaji terlebih dahulu dengan data kegempaan serta perubahan temperatur dan pelepasan gas dari Gunung-gunung di sekitar Jabodetabek dan juga Gunung Anak Krakatau,” ujar Mirzam dalam keterangan tertulisnya, Senin (13/4/2020).

Dosen Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB tersebut memastikan bahwa hipotesis atau dugaan tersebut masih perlu dikaji dan dibuktikan apakah dentuman keras misterius tersebut mempunyai hubungan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat lalu.

"Terletak di Selat Sunda Provinsi Lampung, Gunung Anak Krakatau berada di antara Pulau Panjang, Sertung dan Pulau Rakata. Dijelaskannya, letusan Gunung Anak Krakatau termasuk tipe strombolian dan vulkanian yang memiliki energi letusan tergolong rendah hingga sedang. Berdasarkan data Volcanic Explosivity Index (VEI), Gunung Anak Krakatau miliki nilai VEI 2-3 artinya tergolong rendah hingga sedang," tutupnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X