Semua Hasil Rapid Test Adalah Palsu, dr Tirta: Dulu Mahal, Sekarang Murah Meriah

- Selasa, 29 September 2020 | 13:19 WIB
dr Tirta menjajal swab test antigen dari BNPB. (instagram)
dr Tirta menjajal swab test antigen dari BNPB. (instagram)

Dokter sekaligus pengusaha, dr Tirta Mandira Hudhi menyinggung soal kekeliruan kebijakan pemerintah yang menetapkan rapid test sebagai standar bebas COVID-19 dan syarat untuk bepergian.

Yang lebih anehnya, kata Tirta, dulu rapid test dihargai sampai Rp500 ribu dan bahkan lebih, tapi sekarang bisa hanya Rp90 ribu.

"Kenapa kok dulu rapid jadi screening test? Kok jadi alat 'SKCK'? Karena Swab lama? Kalau swab lama kenapa gak diperbanyak? Kenapa dulu mahal sekarang murah? Apa karena banyak sisa? Kan ini politik," katanya, dalam bincang-bincang bersama Deddy Corbuzier, Senin (28/9/2020).

Lebih jauh, Tirta dan Deddy juga membahas soal kenapa pemerintah tidak menetapkan swab test sebagai standar.

"Gak tahu saya. Mungkin mau menghabiskan stok rapid. Itulah makanya, kalau order barang, tanya sama ahlinya dulu. Jangan kayak beli kucing dalam karung," ujar Tirta penuh sarkas.

Tirta juga menyinggung soal tingginya angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia, termasuk pcoara tenaga kesehatan. Menurutnya, hal itu harus diaudit ketika pandemi telah berakhir.

"Apakah karena APD-nya atau fasilitas gak lengkap. Kalau ada yang korupsi, kalau bisa bukan cuma hukuman mati, tapi diiris pelan-pelan," ujarnya.

Tirta juga menyindir Menteri Kesehatan dr Terawan Agus Putranto yang menurutnya gagal sebagai menteri.

"Menkes-menkes di luar udah pada mundur karena malu. Menkes Belanda, Brasil, Ekuador. Menkes kita maju terus pantang mundur. Hidup Pak Terawan. Jangan di-UU ITE lho ya. Saya kan bilang maju terus," tambah Tirta.

Setelah menanggapi pernyataan Humas IDI Makassar dr Wachyudi Muchsin yang menyebut bahwa semua hasil rapid test adalah palsu, Tirta kini secara tegas menyatakan bahwa kebijakan yang dibuat pemerintah dalam menangani COVID-19 bersifat politis.

"COVID ini dipengaruhi oleh politik. Buktinya, sekolah gak boleh, ibadah gak boleh, tapi Pilkada (serentak 2020) boleh," kata Tirta saat diundang dalam acara podcast Deddy Corbuzier.

"Kalau Pilkada diundur, petahana akan semakin lama (menjabat). Calon-calon yang mau maju gak terima," lanjutnya.

Tirta sendiri sudah tak ambil pusing bila pernyataannya akan menyinggung pihak tertentu. Ia merujuk para politisi yang bisa bicara sembarangan, termasuk soal COVID-19.

"Kalau saya bodoh amat. Makanya aku jadi politisi aja. Biar bisa ngomong apa aja," katanya menyindir.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X