Gadis Dayak Dibunuh Pemuda 21 Tahun, Semoga Konflik Sampit Tahun 2001 Tidak Terulang

- Selasa, 9 Februari 2021 | 13:00 WIB
Medelin Sumual (kiri), cuplikan konflik Sampit tahun 2001. (kanan)
Medelin Sumual (kiri), cuplikan konflik Sampit tahun 2001. (kanan)

Memanasnya situasi di Kutai Barat, Kalimantan Timur, pascapembunuhan yang dilakukan oleh seorang pemuda berinisial MM (21 tahun) terhadap seorang gadis Dayak bernama Medelin Sumual (20 tahun) menyita perhatian publik dalam beberapa hari terakhir.

Masyarakat Dayak di Kutai Timur murka dan mengutuk keras perbuatan MM, yang membunuh Medelin dengan keji, dengan cara menikam leher gadis yang biasa disapa Tasya itu. 

Apalagi, motif pembunuhan itu dilatari oleh kekecewaan MM yang keinginannya untuk berhubungan badan dengan Medelin, ditolak. Tak cuma itu, saat nyawanya dihabisi MM, Medelin diketahui tengah hamil muda. 

Tidak cuma publik di Kutai Barat, warganet dari berbagai penjuru Indonesia yang menyimak kabar tersebut lewat pemberitaan di media pun ikut cemas. Warganet terkenang akan Tragedi Sampit yang terjadi pada tahun 2001 dan berharap konflik berdarah itu tidak sampai terulang.

"Usut tuntas jangan sampe kayak peristiwa perang sampit," tulis seorang warganet di Fanpage Indozone.

"Jangan sampe Kejadian Dayak Dan Madura terulang lagi," tulis yang lain.

"Do'a kan saja semoga tidak terulang kembali kejadian yg dulu....," kata yang lain.

Seperti diketahui, konflik antaretnis antara Suku Dayak versus Madura di Sampit, ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, pecah pada 18 Februari 2001. Konflik bermula dari insiden dua orang Madura diserang oleh sejumlah warga etnis Dayak.

Dari Sampit, konflik meluas ke berbagai wilayah lain di Kalimantan Tengah, termasuk di Palangkaraya.

Dalam catatan sejarah dari pelbagai referensi, Konflik Sampit menewaskan sekitar 500 hingga 1.500 orang (sebagian besar orang Madura), dengan lebih dari 100.000 orang Madura di Kalimantan Tengah kehilangan tempat tinggal. Banyak pula orang Madura dipenggal kepalanya oleh orang Dayak pada masa itu.

Jika ditarik ke belakang, konflik Dayak versus Madura tersebut bermula sejak tahun 1999 dan terus berlanjut ke tahun 2000.

Pada pertengahan Desember 2000, bentrok antara etnis Dayak dengan Madura terjadi di Desa Kereng Pangi, Kabupaten Katingan. Saat itu, seorang warga etnis Dayak bersama Sendong, tewas dengan beberapa luka bacokan dalam perkelahian dengan orang Madura, di sebuah tempat hiburan di Desa Ampalit, desa pertambangan emas.

Meski kasus tewasnya Sendong telah ditangani oleh kepolisian setempat, amarah orang-orang Dayak tak bisa diredam. Dua hari setelah tewasnya Sendong, ratusan orang Dayak mendatangi lokasi tewasnya Sendong, untuk mencari pelaku, yang belakangan diketahui bersembunyi di Sampit.

Dari situ, hubungan antara dua etnis itu lantas menjadi seperti api dalam sekam sehingga pecahlah konflik Sampit pada Februari 2001.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X