Paus Fransiskus Ungkap Keprihatinan kepada Muslim Uighur yang Disebut Dianiaya di Tiongkok

- Rabu, 25 November 2020 | 19:40 WIB
Pope Francis atau Paus Fransiskus. (Vincenzo Pinto/Pool via REUTERS).
Pope Francis atau Paus Fransiskus. (Vincenzo Pinto/Pool via REUTERS).

Paus Fransiskus untuk pertama kalinya menyebut kaum Muslim Uighur Tiongkok sebagai orang yang "teraniaya" dalam sebuah buku terbarunya. Pernyataan tersebut adalah sesuatu yang telah ditunggu-tunggu oleh aktivis hak asasi manusia selama bertahun-tahun untuk diucapkan.

Melansir Reuters, pernyataan tersebut terungkap dalam buku biografi 'Let Us Dream: The Path to A Better Future.' Ia mengatakan sering memikirkan kaum-kaum teraniaya di dunia akibat pemaksaan oleh negara atau oleh kelompok tertentu.

“Saya sering memikirkan orang-orang yang teraniaya: Rohingya, Uighur yang malang, Yazidi,” katanya dalam buku tersebut.  

Hal ini baru diucapkan oleh Paus Fransiskus. Sementara sebelumnya, pemimpin Gereja Katolik sedunia hanya menyinggung tentang Rohingya yang telah melarikan diri dari Myanmar, dan pembunuhan Yazidi oleh ISIS di Irak. Ini adalah pertama kalinya ia menyinggung soal Uighur.

Baca Juga: Dunia Internasional Kutuk Keras China, Kamp Paksa Tahan 1 Juta Muslim Uighur

Para pemimpin agama, kelompok aktivis, dan pemerintah mengatakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida sedang terjadi terhadap warga Uighur di wilayah Xinjiang yang terpencil di Tiongkok, tempat lebih dari 1 juta orang ditahan di kamp-kamp.

Bulan lalu, selama konferensi di Vatikan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga mengecam Tiongkok atas perlakuannya terhadap orang Uighur.

Sementara, Beijing telah menolak tuduhan itu sebagai upaya untuk mendiskreditkan Tiongkok, dengan mengatakan kamp-kamp itu adalah pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan sebagai bagian dari tindakan kontra-terorisme dan deradikalisasi.

Banyak komentator mengatakan Vatikan enggan berbicara tentang Uighur sebelumnya karena sedang dalam proses memperbarui kesepakatan kontroversial dengan Beijing tentang pengangkatan uskup. Kesepakatan itu, yang diminta Pompeo agar ditinggalkan oleh Vatikan, diperbarui pada bulan September.

Francis juga memberikan dukungan paling jelasnya hingga saat ini dalam bukunya untuk pendapatan dasar universal (UBI), sebuah kebijakan kontroversial yang didukung oleh beberapa ekonom dan sosiolog di mana pemerintah memberikan sejumlah uang tetap kepada setiap warga negara tanpa syarat apapun.

Dalam buku 150 halaman yang berkolaborasi dengan penulis biografi berbahasa Inggrisnya, Austen Ivereigh, Franciscus juga berbicara tentang perubahan ekonomi, sosial dan politik yang menurutnya diperlukan untuk mengatasi ketidaksetaraan setelah pandemi berakhir. Buku ini rencananya mulai dijual pada 1 Desember mendatang.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

Polres Langkat Musnahkan Barbuk Ganja dan Sabu

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB
X