Chika Ariska jatuh bangun dalam menjalani bisnis hijab. Berbekal pengalamannya sebagai karyawan toko kerudung, Chika kemudian mendirikan usaha yang dinamakan Bugis Hijab.
Tokonya menyediakan puluhan jenis kerudung dengan ratusan varian warna berbeda. Perempuan kelahiran Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan tersebut memulai bisnis hijab pada 2017, setelah dipecat dari toko tempatnya bekerja.
"Selama saya menjadi karyawan, saya mendapatkan banyak pengalaman," kata Chika, dilansir Antara, Minggu (11/4/2021).
Chika memilih nama Bugis Hijab karena dia berasal dari suku Bugis dan berharap bisa mengharumkan nama sukunya ke seluruh dunia.
Dalam menekuni bisnis ini, Chika belajar desain hijab secara otodidak dan mengaplikasikan sistem Amati, Tiru dan Modifikasi (ATM).
Dia tak hanya ikut tren, namun juga menciptakan tren dengan mengeluarkan koleksi kerudung yang berbeda dari yang lain.
Kini Chika sudah memiliki dua toko Bugis Hijab dan toko online. Dia memiliki 70 karyawan dan omzetnya mencapai miliaran rupiah.
Chika menuturkan bahwa dia pertama kali merantau ke Jakarta tahun 2008 silam untuk mengubah nasib keluarga. Chika dan enam saudaranya sudah biasa hanya makan nasi dengan garam.
Berbekal Rp500 ribu dan ijazah setara SMP, dia memberanikan diri ke Jakarta meski ditentang sang ibu. Dia memulai pekerjaan sebagai penjaga toko dengan gaji Rp250 ribu.
Pahit manis ia rasakan di Jakarta, mulai dari dituduh yang tidak-tidak sampai terpaksa makan sisa makanan karyawan toko lain karena belum menerima gaji.
Kerja kerasnya mulai menunjukkan hasil kala Chika dipromosikan sebagai kepala toko pada tahun 2017 setelah 10 tahun bekerja. Sayang, Chika malah dipecat tak lama setelah menikah.
Dia dan suami, Arwin Burhan, kemudian mencoba berjualan hijab di toko di Thamrin City, Jakpus berbekal uang pesangon.
Pahit perjuangan pun mereka atasi bersama-sama di awal-awal berjualan. Pandemi Covid-19 memang ikut menghempas bisnis hijab mereka.
Untungnya, penjualan di toko online meningkat drastis selama pandemi berkat strategi marketing.