KIB Lebih Pilih Policy Oriented untuk Bangun Koalisi Permanen di 2024

- Kamis, 3 November 2022 | 20:05 WIB
Ketum PAN Zulhas (kiri), Ketum Golkar Airlangga Hartarto (tengah) dan Ketum PPP Suharso (kanan) di KPU. (INDOZONE/Harits Tryan)
Ketum PAN Zulhas (kiri), Ketum Golkar Airlangga Hartarto (tengah) dan Ketum PPP Suharso (kanan) di KPU. (INDOZONE/Harits Tryan)

Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas oleh partai Golkar, PPP dan PAN, terus berupaya membangun koalisi yang permanen menjelang Pemilu 2024. Pasalnya ketiga parpol tersebut terus melakukan konsolidasi sembari mengajak parpol lainnya bergabung.

Peneliti Center for Strategic International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengungkapkan jelang Pemilu 2024, ada sejumlah inovasi dan inisiatif yang dilakukan partai. Beberapa di antaranya adalah Partai Golkar, PPP, dan PAN yang tengah berupaya membangun koalisi yang lebih permanen. 

"Misalnya KIB mencoba menginisiasi koalisi yang sifatnya lebih permanen. Dilakukan di tingkat pusat lalu mereka merancang sampai tingkat daerah," tegas Arya di Jakarta, Kamis (3/11/2022).

Baca Juga: Bicara soal Politik Identitas, Mahfud MD: Jangan Dilakukan, Berbahaya!

Menurutnya, KIB lebih mengedepankan pendekatan program atau kebijakan (policy oriented). Hal itu bisa dilihat dari upaya mereka untuk mematangkan program kerja KIB selama 10 tahun ke depan.

"Policy oriented, jadi mereka merancang kebijakan yang kira-kira strategis di 2024. Kalau kita lihat kebijakan itu sifatnya futuristik, sebagian besar isu ekonomi," ujarnya.

Baca Juga: Prabowo: Koalisi Gerindra-PKB akan Sejukkan Konstelasi Politik di Indonesia 

Meski demikian, policy oriented akan berhadapan dengan arus utama publik yang lebih menjatuhkan pilihan pada figur. Arya menilai pendekatan policy oriented akan menemui titik terang ketika sudah menemukan kandidat yang pas dengan modal elektabilitas dan popularitas yang mumpuni.

"Tapi ketika mereka sudah ketemu kandidat yang mungkin juga populer, saya kira bisa terkompensasi," bebernya.

Dikatakan dia, dengan KIB menggunakan model policy oriented juga bisa dipahami mengingat masih ada cukup waktu jelang Pemilu 2024. Selain itu, model pendekatan itu juga bisa lebih cocok dengan tujuan membangun koalisi permanen.

"Itu masih bisa dimaklumi, karena pilpres masih panjang. Tergantung situasi dan kebutuhan internal. Itu juga berdasarkan strateginya juga," pungkasnya.

Sementara itu, Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga, Suko Widodo mengatakan KIB memiliki gagasan untuk menjawab kritik dari masyarakat, sembari menunggu figur yang tepat untuk menjalankan gagasan itu. 

“Pengacuan gagasan sebagai tuntutan publik, selama ini kan kritik terbesar pada parpol adalah mereka mengajukan orang tetapi tidak disertai dengan gagasan. Dan, KIB mencoba menjawab meski ujung akhir dari gagasan tetap melibatkan mereka berada di ruang itu,“ katanya.

Selain itu, keakraban diantara KIB dan Presiden Jokowi dianggap lebih bermakna daripada KIB dan PDIP. Begitu juga dengan figur apakah Ketum Golkar, Airlangga Hartarto yang akan maju sebagai Capres KIB atau aspirasi kader parpol se-koalisi yang mengajukan Ganjar Pranowo.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X