Singapura menyalip Indonesia dalam perolehan sertifikasi B Corp. Lembaga sertifikasi menyebutkan, sembilan perusahaan negara dengan 5,6 juta penduduk itu sudah mengantongi sertifikasi, sementara Indonesia baru menyetuh angka tiga, yakni perusahaan Danone-Aqua, Beachgold, dan Mycotech.
Lalu, apa yang menjadi kendala perusahaan swasta tanah air hingga belum mempertimbangkan sertifikasi B Corp?
Staf Ahli Menteri Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Bappenas, Amalia Andinggar Widyasanti, menjelaskan perlu ada pengenalan lebih jauh perusahaan RI terhadap konsep bisnis masa depan.
"Mereka harus aware mengenai konsep dan sustainable development goals (SDGs) bahwa ke depan dan sekarang itu bisnis bukan hanya sekedar finansial profit, tetapi dia harus memberikan social enviromental impact dari proses bisnisnya mereka," tuturnya Andinggar pada acara B Corp Forum, di Gedung Graha Niaga, Thamrin, Kamis (5/12).
Bahkan, Andinggar juga menjelaskan konsep berbisnis masa depan bakal berbeda. Apalagi generasi saat ini tidak hanya memilih produk yang nyaman bagi mereka. Namun, mereka juga mulai melek dengan produk-produk yang ramah lingkungan.
"Jadi kalau perusahaan swasta tidak mengikuti tren sustainable business dia akan ketinggalan karena itu sudah menjadi keharusan bagi kita. Sudah menjadi tren. Anak-anak muda sekarang lebih memilih produk yang ramah lingkungan," tuturnya.
Priciillia Henriette dari B Corp Community Indonesia, menjelaskan ada beberapa perusahaan swasta yang belum mengetahui lebih lanjut soal sertifikasi ini di Indonesia.
"Kendalanya itu awerness, makanya saya harap tahun depan lebih banyak sosialisasi. Mungkin yang kedua ada ketidakpahaman open source to untuk sertifikasi," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan angka yang diberikan dalam sertifikasi B Corp adalah dari 0 hingga 200. Perusahaan itu sudah bisa mengantongi sertifikasi jika berada di angka 80. Akan tetapi, bagi perusahaan yang angkanya di bawah 80 bisa kehilangan sertifikasi.
"Kalau dibawah 80 bisa (dicabut)," tambahnya.
