Kesadaran tertib berlalu lintas dimulai dari kedewasaan seseorang mengendalikan emosinya dengan santun berkendara, menghargai pengguna jalan lain dan merasa bertanggung jawab terhadap keselamatan semua pengguna jalan.
Semua sikap tersebut bisa menjadi bagian dari diri seseorang bila ia memiliki remote hati. Begitulah kata Dosen dan Praktisi Psikologi, Shinta Bunda Cinta dalam acara Retrospeksi Road Safety, Korlantas Polri di Stadion Patriot Chandra Bagha, Kota Bekasi, Minggu (8/11).
"Bagaimana pun kita semua itu harus punya yang namanya remote hati. Dengan remote hati itu, kita harusnya tidak gampang dipengaruhi oleh orang lain dong. Masa emosi kita cepat banget dipengaruhi hal sepeleh, cuman gara-gara tingkah laku orang lain," katanya.
Ia menyebut sifat asli orang bisa kelihatan saat ada di jalan raya. Ia sabar atau tidak, emosian atau tidak dan seterusnya.
"Jadi kita bisa lihat dia sabar atau tidak di jalan raya. Bagaimana emosinya mudah terpancing. Yang tadinya gak apa-apa, tiba-tiba ada orang nyalip dia marah, emosi, gak mau kalah, lalu ngejar dan seterusnya. Padahal itu hal sepeleh," jelasnya.
Untuk itu pengendalian emosi bisa dilakukan dengan remote hati. Dengannya pengguna jalan atau pengendara dapat mengontrol diri agar tidak terpengaruh dengan perilaku orang lain di jalan raya
"Jadi tanamkan ini. Jika orang lain sikapnya baik, saya juga baik. Tapi kalau ada orang lain yang bersikap buruk, tidak akan memengaruhi saya. Sering kan kita, kalau ada yang ngebut kita gak mau kalah. Ikut-ikutan ngebut, Jadi secara psikologi kita harus mampu menata hati kita masing-masing, agar saling menghormati sebagai pengguna jalan," tuturnya.
