Masih Pandemi, Ikatan Dokter Anak Indonesia Belum Rekomendasikan Sekolah Tatap Muka

- Jumat, 18 Juni 2021 | 20:00 WIB
Sejumlah murid SD Negeri Kota Baru mengikuti Ujian Penilaian Akhir Sekolah di Bekasi, Jawa Barat, Senin (8/6/2021). (photo/ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/ilustrasi)
Sejumlah murid SD Negeri Kota Baru mengikuti Ujian Penilaian Akhir Sekolah di Bekasi, Jawa Barat, Senin (8/6/2021). (photo/ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/ilustrasi)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum merekomendasikan sekolah tatap muka, mengingat situasi pandemi COVID-19 di Tanah Air yang kembali mengkhawatirkan serta munculnya varian baru virus corona.

"Melihat situasi dan penyebaran COVID-19 di Indonesia, saat ini sekolah tatap muka belum direkomendasikan," ujar Konsultan Respirologi anak dari Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Nastiti Kaswandani, Jumat (18/6) dikutip dari ANTARA.

Menurut dia persyaratan dibukanya kembali sekolah salah satunya transmisi lokal dapat terkendali ketika Positivity Rate pemeriksaan SWAB PCR sudah rendah atau kurang dari lima persen. Di samping itu, tingkat kematian juga harus menunjukkan angka penurunan.

Sejauh pemantauan IDAI, tingkat Positivity Rate jarang menyentuh angka kurang dari lima persen. Padahal jika dibandingkan dengan jumlah tes, Indonesia juga masih tergolong rendah.

"Ini yang menjadi masalah. Ketika nanti ada sekolah yang tetap memaksakan tatap muka dibuka, kita tidak bisa menghentikan sekolah dibuka terutama di daerah-daerah yang sangat keras meminta sekolah dibuka. Sehingga kita terpaksa membuat rekomendasi dan memberikan rambu-rambu agar tak memperburuk transmisi di sekolah," katanya.

Ia menjelaskan jika sekolah tatap muka tetap ingin dimulai, maka pihak penyelenggara harus menyiapkan Blended Learning (opsi metode pembelajaran). Anak dan orang tua diberi kebebasan memilih metode pembelajaran luring atau daring.

Baca juga: Pria Ini Sebut Anjingnya Menyelamatkan Anak Rusa saat Tenggelam, Kisahnya Bikin Haru

"Kalau dibuka nanti ada pilihan, jika orang tua ingin anaknya di rumah saja, guru harus bisa memfasilitasi online learning-nya. Kalau ada online dan offline anak-anak memiliki hak yang sama, perlakuan yang sama," kata dia.

Maka dari itu, ia mendesak penyelenggara mencari inovasi baru dalam proses belajar mengajar mengingat pandemi COVID-19 tidak diketahui kapan akan berakhir.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X