Penjaga Mercusuar Yang Taklukkan Sepi

- Kamis, 8 Agustus 2019 | 16:04 WIB
ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS
ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS

Mercusuar adalah bangunan penting yang digunakan sebagai pemberi sumber cahaya untuk membantu navigasi kapal laut. Keberadaannya pun jauh dari keramaian orang-orang. Namun hal ini tak membatasi pak Yanu, seorang penjaga mercusuar yang tetap mengabdikan diri sebagai penjaga mercusuar.

Pak Yanu, penjaga mercusuar di Pulau Lengkuas, Belitung, Provinsi Bangka Belitung, sudah 35 tahun mengabdikan dirinya sebagai penjaga mercusuar. Pria yang memiliki perawakan kurus dengan wajah yang gelap ini memulai profesinya sebagai penjaga mercusuar di Mercusuar Tanjung Belimbing, Sumatera Selatan.

-
Foto: ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS

 

Ia yang berasal dari ibu kota tentu mearasakan beratnya tinggal di sebuah wilayah yang cukup sepi dan jauh dari keramaian. Namun, kesepian itu hanya berlangsung dalam waktu yang singkat, kini kesepian sudah menjadi hal yang biasa untuknya.

"Saya lahir, sekolah, dan cari kerja di Jakarta," ungkapnya.

Ia mengakui bahwa dulu untuk menjaga mercusuar ia ditemani oleh empat temannya. Namun karena satu dan lain hal, kini Yanu mengawasi mercusuar hanya berdua dengan temannya. Berdua atau berlima adalah hal yang biasa bagi Yanu, ia hanya menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya.

-
Ilustrasi/Pixabay

 

Sayangnya, pada Februari 2020 mendatang, Yanu akan mengakhiri masa tugasnya. Mercusur di Pulau Lengkuas, Belitung ini menjadi mercusuar ketiga yang ia jaga. Pada 1986 dan 1988, ia pernah ditempatkan di pulau kecil yang menjadi salah satu ikon wisata di Belitung.

Karena sudah akrab dengan lingkungan di sekitar mercusuar, kali ini Yanu memboyong anak serta ketiga anaknya di tempat ia bertugas. Dulu saat ia ada keperluan, ia akan meminta izin dan bertukar tugas selama beberapa hari bersama temannya.

Kapal laut KM Lawit, menjadi armada untuknya pulang ke Jakarta, karena harga pesawat yang melonjak tinggi dan terlalu mewah untuknya. Dengan armada ini ia hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp180 ribu untuk sekali jalan.

-
Ilustrasi/Pixabay

 

Selama 35 tahun mengabdikan dirinya sebagai penjaga mercusuar, air bersih dan air minum untuk konsumsi adalah permasalahan utama yang dihadapinya. Mereka hanya mengandalkan air hujan, air sumur, dan pasokan dari sumber air lainnya dari tandon.

Saat musim kemarau tiba, air sumur payau bahkan tidak layak untuk diminum dan hanya bisa dipakai untuk mencuci dan menyiram tanaman. Di Pulau Lengkuas, pasokan air relatif terjaga.

Karena wisatawan yang datang ke mercusuar ini tak tentu kapan datangnya, ia selalu merawat tanaman, memberishkan lantai, mushalla, dan WC umum, meskipun tak ada wisatawan.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X