Negara Adi Kuasa AS Kini 'Ngemis' Meminta Bantuan Tiongkok Hadapi Corona

- Sabtu, 28 Maret 2020 | 12:45 WIB
Presiden AS Donald Trump minta bantuan China. (mic.com)
Presiden AS Donald Trump minta bantuan China. (mic.com)

Amerika Serikat (AS) akhirnya harus luluh dengan China guna meminta bantuan menghadapi virus corona yang kini telah mewabah dan membuat negara itu luluh lantak.

Berdasarkan data Wordometers, Sabtu (28/3/2020) AS kini menduduki rengking satu di dunia terkait pasien yang terinvesksi corona. Total sudah 104.205 orang terinveksi dan 1.701 orang dinyatakan meninggal dunia.

Data itu telah melampaui China sebagai negara yang menjadi awal penyebaran virus.

Melansir The New York Times, di tengah kekacauan dunia akibat wabah virus corona ini, akhirnya Presiden AS Donald Trump meminta bantuan China untuk memerangi wabah Virus Corona atau COVID-19 yang sudah membuat negara adi kuasa itu menjadi pusat pandemi dunia.

Trump pun langsung menghubungi Presiden China, Xi Jinping, Jumat (27/3/2020) siang.

"Baru saja menyelesaikan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Xi dari Tiongkok. Dibahas dengan sangat terperinci Corona Virus yang merusak sebagian besar Planet kita. China telah melalui banyak dan telah mengembangkan pemahaman yang kuat tentang Virus. Kami bekerja sama dengan erat. Banyak hormat!," tulis Trump dalam pernyataan tertulis di akun Twitter resminya.

Namun tak ada makan siang gratis, ada syarat yang diberikan oleh China jika ingin membantu AS untuk menangani wabah corona meski bantuan itu bersifat kemanusiaan.

China ingin memperbaiki hubungan dangan negara adi kuasa itu, negosiasi pun terbuka lebar untuk melakukan kerja sama kedua negara atas dasar saling menguntungkan.

Terlebih selama setahun belakangan ini kedua negara terlibat peranga dagang, di mana AS menuduh China telah mencuri kekayaan intelektual. Bahkan terkait kasus Huawei, AS telah menetapkan perusahaan itu masuk dalam daftar hitam.

Percakapan antara Donald Trump dan Xi Jinping telah berlangsung dalam sambungan telepon seperti yang dilaporkan The New York Times pada Jumat (27/3/2020).

Percakapan itu terjadi di tengah perang kata-kata yang berlangsung lama antara Beijing dan Washington mengenai berbagai masalah, termasuk pandemi virus corona, yang muncul di China akhir tahun lalu dan telah menyebar secara global.

Trump dan pejabat tinggi AS lainnya menuduh China kurang transparan terkait virus yang telah menewaskan lebih dari 24.000 orang secara global itu. Tuduhan tersebut membuat China marah.

Dalam sambungan telepon itu, Presiden Xi mengulangi pernyataannya kepada Trump bahwa China telah terbuka dan transparan tentang virus corona, yang sebelumnya telah menginfeksi lebih dari 80.000 orang pada Jumat semalam.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X