Konflik FPI VS Polri Terencana, FPI Sengaja Pancing Aparat Berbuat Kekerasan

- Selasa, 9 Maret 2021 | 17:08 WIB
Menko Polhukam Mahfud MD. (photo/Instagram/@mohmahfudmd)
Menko Polhukam Mahfud MD. (photo/Instagram/@mohmahfudmd)

Kasus FPI vs Polri di Kilometer 50 Tol Jakarta-Cikampek masih terus berlanjut. Dalam konflik itu enam laskar FPI tewas di tangan polisi.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD angkat bicara terkait kasus ini. Menurutnya, peristiwa saling serang itu memang terencana.

Hal ini disampaikannya berdasarkan pernyataan dari laporan Komnas HAM. Ia mengatakan, kejar-kejaran mobil antara laskar FPI dan polisi, bukan bentuk arogansi polisi yang tiba-tiba menyerang secara brutal.

"Karena konstruksi hukum yang dibangun oleh Komnas HAM itu ada orang yang terdiri dari atau orang bernama laskar FPI kemudian memancing aparat untuk melakukan tindak kekerasan dan membawa senjata. Ada buktinya senjatanya, ada proyektilnya, bahkan di laporan Komnas HAM itu ada juga nomor telepon orang yang memberi komando," kata Mahfud usai menemani Presiden Jokowi bertemu dengan Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu 9 Maret 2021.

Dalam pertemuan tersebut, TP3 yang diwakili Amien Rais dan sejumlah orang lainnya mengatakan bahwa insiden tewasnya enam laskar FPI merupakan pengawalan HAM dan harus ditindak tegas sesuai hukum.

Akan tetapi, Mahfud MD menyebut bahwa apa yang disampaikan Amien Rais dkk cuma sebatas keyakinan, belum sebuah bukti yang akurat. Mahfud pun mengatakan, jika bicara soal keyakinan, pemerintah tentu punya pandangan sendiri.

Lebih lanjut kata Mahfud, pertemuan TP3 dengan Komnas HAM menyimpulkan bahwa tak ada sedikit pun bukti yang menyatakan peristiwa itu  tergolong terstruktur, sistematis dan masif atau bisa dikatakan pelanggaran HAM berat.

"Ada di berita acaranya bahwa TP3 sudah diterima. Tapi ndak ada (bukti), hanya mengatakan yakin. Nah kalau yakin, tidak boleh. Karena kita punya keyakinan juga banyak pelakunya ini, pelakunya itu, otaknya itu dan sebagainya. Yang membiayai itu tuh juga yakin kita. Tapi kita kan tidak buktinya," kata Mahfud.

"Karena kalau keyakinan, kita juga punya keyakinan sendiri- sendiri, bahwa peristiwa itu dalangnya si A, si B, si C. Kalau keyakinan," kata Mahfud.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X