Kondisi Sudan Makin Memanas, KBRI Siapkan "Safe House" Untuk WNI

- Senin, 10 Juni 2019 | 11:13 WIB
REUTERS
REUTERS

Terjadi aksi pemberontakan antara aparat keamanan dan demonstran prodemokrasi di Ibu Kota Khartoum, Sudan. Akibat kejadian tersebut, hingga Selasa (5/6) pihak pemerintah Sudan mengatakan jumlah korban dalam tiga hari terakhir meningkat menjadi 61 orang. Namun, pihak dokter mengklaim lebih dari 100 orang tewas ditembak aparat keamanan.

Melihat kondisi memanas yang terjadi di Sudan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Khartoum menyiapkan dua "safe house" atau tempat perlindungan bagi para Warga Negara Indonesia (WNI).

"Kami telah siapkan dua 'safe house', masing-masing di Wisma Duta dan di kantor KBRI Khartoum. Di sana kami menyediakan persediaan bahan-bahan pokok untuk sekitar 100 orang selama masa satu minggu," kata Duta Besar Indonesia untuk Sudan, Rossalis Rusman Adenan, Kamis (6/6), dilansir dari BBC News Indonesia.

Selain itu, KBRI memperkuat tim perlidungan WNI yang beranggotakan staf kedutaan dan perwakilan masyarakat, terutama dari kalangan mahasiswa. Untuk koordinator tim dipilih berdasarkan wilayah konsentrasi di mana sebagian besar warga Indonesia bermukim.

Adapun jumlah warga Indonesia di Sudan sekitar 1.300 orang yang sebagian besarnya adalah mahasiswa di Khartoum, terutama di Universitas Internasional Afrika dan Universitas Omdurman. Kemudian, pekerja migran Indonesia di wilayah tersebut sekitar 200 orang.

"Ada juga mahasiswa di kota Madani dan personel TNI/Polri yang menjadi pasukan penjaga perdamaian PBB di Darfur dan Abyei," jelasnya.

Sebagai informasi, krisis Sudan berawal pada akhir Desember 2018, ketika Presiden Omar al-Bashir menerapkan kebijakan darurat untuk mencegah ambruknya ekonomi negara itu. Pemangkasan subsidi makanan dan bahan bakar memicu aksi demontrasi di Sudan timur hingga merembet ke Khartoum.

Puncaknya, pada 6 April lalu para peserta aksi menduduki lapangan di depan markas besar angkatan bersenjata dan kementerian pertahanan. Para demonstran mendesak Presiden dan militer keluar dari pemerintahan. Selang lima hari kemudian, militer menyatakan Presiden Bhasir telah digulingkan.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X