Sistem pembangkit listrik tenaga surya dipasang di Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (APT Pranoto), yang terletak di Samarinda, Kalimantan Timur, yang merupakan bandara terdekat di calon ibu kota baru Indonesia.
Operasional dan layanan bandaran ini diharapkan, meningkat dengan signifikan pada tahun 2024, ketika ibu kota negara berpindah dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Penerapan tenaga matahari ini, menjadikan Bandara APT Pranoto, jadi bandar udara pertama di Indonesia yang menerapkan inisiatif solarisasi.
Sistem tenaga surya yang dipasang, berkekuatan 600 kilowatt peak (kWp) bisa menghasilkan 755 megawatt-hours (MWh) energi terbarukan setiap tahunnya atau memenuhi kurang lebih 20 persen kebutuhan energi bandara.
Sekitar 1.800 panel surya yang terpasang, berkontribusi menurunkan emisi karbon dioksida (CO2) sebanyak 821 tons per tahun, atau setara dengan menanam 12.315 pohon dalam satu tahun.
"Proyek ini akan berkontribusi dalam penurunan biaya operasional dan menekan jejak karbon dengan cara yang aman dan berkelanjutan," ujar CEO dari Total Solar DG SEA Gavin Adda dalam keteranganya, Rabu (27/11).
Kepala Bandara APT Pranoto Dodi Cahyadi mengatakan, Pemerintah telah memberikan arahan untuk menjalankan inisiatif ramah lingkungan termasuk dalam hal pemanfaatan energi.
Realisasi pemasangan panel surya di atap Bandara APT Pranoto akan berlangsung selama kurang lebih 6 bulan.
"Kami berharap dapat memberi kontribusi baik bagi negeri kita serta menjadi pionir bagi bandara lainnya," katanya.
Saat ini Bandar Udara APT Pranoto, Samarinda memiliki luas terminal 12.700 meter persegi yang dapat menampung sebanyak 1,5 juta per tahun, dengan ukuran runway sepanjang 2.250m x 45m, taxiway berukuran 173m x 23m dan luas apron 300m x 123m.
Bandara ini, memiliki hangar berukuran 36.342 m2, sehingga pesawat udara sejenis Boeing 737-800 ER dapat beroperasi di Bandara APT Pranoto.
