Indonesia menjadi negara yang paling hobi memberikan diskon dan promo dalam penjualan produk di kawasan Asia Tenggara. Itu berdasarkan studi dari Google Temasek.
Namun, status itu justru membuat Indonesia harus waspada. Peneliti Ekonomi Digital dari Institut Development for Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menilai persaingan usaha di Tanah Air sudah tak sehat lagi.
Menurut Bhima, fenomena 'bakar uang' untuk memberikan diskon atau promo yang terjadi di Indonesia sudah tidak wajar. Hal tersebut harus dihentikan.
Selain berbahaya bagi persaingan usaha, aksi 'bakar uang' untuk diskon dan promo juga tidak efektif untuk menggaet loyal konsumen.
"Lalu ada tantangan kalau misalnya sistem ini ambruk, satu pemain besarnya tumbang, ini ke penjualan juga akan berdampak," ujar Bhima kepada Indozone, Jumat (29/11).
Dia menilai, saat ini yang ditawarkan kepada konsumen bukanlah inovasi. Namun, yang dimunculkan lebih ke arah promosi dan diskon.
"Model bisnis seperti ini sepertinya lebih ke arah temporer," pungkasnya.