Ingin Stop Impor Obat dan Alkes, Presiden Jokowi: Kita Produksi Sendiri

- Senin, 27 Desember 2021 | 21:26 WIB
 Presiden Jokowi saat memulai peletakan batu pertama (groundbreaking) Rumah Sakit (RS) Internasional Bali di Denpasar, Bali, Senin (27/12). (ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)
Presiden Jokowi saat memulai peletakan batu pertama (groundbreaking) Rumah Sakit (RS) Internasional Bali di Denpasar, Bali, Senin (27/12). (ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan supaya Indonesia bisa menghentikan impor alat kesehatan, obat-obatan, dan bahan baku obat.

Ketika memulai peletakan batu pertama Rumah Sakit (RS) Internasional Bali di Denpasar, Bali, Senin, Presiden Jokowi meminta jajarannya untuk mengupayakan agar alat kesehatan (alkes), obat-obatan, dan juga bahan baku obat dapat diproduksi pelaku industri dalam negeri.

“Alat-alat kesehatan, obat-obatan, bahan baku obat, kita harus berhenti untuk mengimpor barang-barang itu lagi, dan kita lakukan, kita produksi sendiri di negara kita,” kata Presiden Jokowi, seperti dilansir Antara.

Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan untuk menekan impor bahan baku obat, BUMN Indofarma akan fokus mengembangkan industri herbal .

Erick Thohir menilai bahwa Indonesia mempunyai alam dan budaya yang mendukung untuk pengembangan industri herbal.

“Industri herbal sendiri kita punya kekuatan Pak, memang kita mempunyai alam dan punya kultur mengenai industri herbal ini. Karena itu Indofarma kita akan fokus pengembangan industri herbal daripada pengobatan,” kata Erick Thohir.

Menurut dia, saat ini Kementerian BUMN telah mengonsolidasikan klaster kesehatan BUMN. Hal itu untuk menciptakan ekosistem yang dapat memperkuat ketahanan dan kemandirian kesehatan.

“Kita tahu ekosistem ini menjadi kunci. Kalau kita berdiri sendiri-sendiri, akhirnya tentu kita tidak punya kekuatan yang terpadu untuk menahan gelombang yang terjadi ke depannya,” ujar Erick Thohir.

Selain itu, Kementerian BUMN juga telah menggabungkan Bio Farma sebagai perusahaan induk (holding company) yang membawahi Kimia Farma, Indofarma, dan sejumlah rumah sakit yang berada di bawah Indonesia Healthcare Corporation (IHC). Dengan itu Bio Farma diharapkan mampu membuka peluang baru dalam industri kesehatan seperti industri vaksinasi.

“Karena itu kita coba sekarang bekerja sama dengan berbagai pihak apakah merupakan vaksin mRNA atau protein rekombinan yang hari ini memang masih terus kita jajaki,” kata Erick Thohir.

Terkait vaksinasi, Erick menyebut bahwa sejak 13 Desember 2021 telah dimulai uji klinis vaksin produksi Bio Farma. Dengan dimulainya uji klinis tersebut, Erick berharap tahun depan Indonesia mampu memproduksi vaksin secara mandiri.

“Tentu kita harapkan dengan uji klinis ini, kesatu, lalu kedua dan ketiga, kita juga bisa menekan impor vaksin di tahun depan. Kita siap memproduksi 77 juta (dosis) untuk langkah awal yang bisa mulai Insya Allah di bulan Juli,” ujar Erick Thohir.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X