Seorang ibu dari tiga anak telah meninggal pada usia 47 setelah menderita reaksi setelah vaksin covid-nya.
Dilansir dari WalesOnline, Senin (28/6), pihak keluarga dari wanita bernama Lucy Taberer di Leicester, Inggris, sebut ia mengalami pembekuan darah di otaknya setelah mendapat suntikan AstraZeneca.
Tunangan Lucy, Mark Tomlin, mengatakan kepada LeicestershireLive, Lucy awalnya mengalami efek samping ringan setelah dia divaksinasi pada 19 Maret.
Namun kondisinya terus-terusan memburuk dan dia dibawa ke rumah sakit. Dia meninggal 22 hari setelah divaksinasi.
Lucy meninggal dunia pada 10 April. Pemakamannya diadakan pada hari dia dan Mark seharusnya menikah.
Mark berkata: “Dia tahu mungkin ada beberapa efek samping tetapi dia tidak khawatir. Kami pikir mereka akan bersih seperti yang dilakukan kebanyakan orang.
“Dia memiliki rasa sakit di sisinya sehingga dia pergi menemui dokter umum yang mengatakan itu adalah batu ginjal dan meresepkannya beberapa obat penghilang rasa sakit.
“Itu meyakinkannya dan dia tidak berpikir itu ada hubungannya dengan vaksin tetapi segalanya mulai memburuk dan kepanikan dimulai.
Baca juga: BPOM Sudah Izinkan Vaksin Sinovac untuk Anak 12-17 Tahun, Presiden Jokowi: Segera Dimulai
“Dia mengalami memar seukuran bola tenis di tubuhnya. Biasanya dia memiliki semua energi di dunia tetapi dia menjadi lelah dan lesu.
“Kemudian dia mengalami ruam yang sangat parah di wajah dan sampingnya. Gusinya mulai berubah warna dan kami sangat khawatir.”
Tiga belas hari setelah itu, Lucy dibawa ke Rumah Sakit Kerajaan Leicester di mana gumpalan darah didiagnosis. Kondisinya memburuk dan dia menderita stroke berat.
Dia dipindahkan ke unit perawatan intensif di Nottingham's Queen's Medical Center (QMC), Namun sayangnya Lucy tak tertolong.
Konsultan mengatakan penyakit parah Lucy terkait dengan vaksin. Sertifikat kematiannya mengatakan dia meninggal karena trombosis sinus vena serebral dan trombosis terkait vaksin dengan trombositopenia.
