Ashraf Ghani Minta Maaf pada Warga Afghanistan yang Kini Dipimpin Taliban

- Kamis, 9 September 2021 | 10:00 WIB
Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berpidato lewat media sosial di negara pengasingan Uni Emirat Arab, 18 Agustus 2021. (Facebook/Ashraf Ghani/via REUTERS)
Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berpidato lewat media sosial di negara pengasingan Uni Emirat Arab, 18 Agustus 2021. (Facebook/Ashraf Ghani/via REUTERS)

Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang kabur dari Kabul saat pasukan Taliban mencapai pinggiran kota pada Agustus, meminta maaf atas kejatuhan mendadak pemerintahannya.

Ghani yang menyampaikan permintaan maafnya pada Rabu (8/9) membantah bahwa dia telah membawa uang senilai jutaan dolar bersamanya. Ghani mengatakan dia pergi meninggalkan Afghanistan atas desakan tim keamanannya yang mengatakan bahwa jika dia tetap tinggal, ada risiko pertempuran mengerikan sama seperti yang pernah dialami kota Kabul selama Perang Saudara 1990-an.

"Meninggalkan Kabul adalah keputusan paling sulit dalam hidup saya, tetapi saya yakin itu satu-satunya cara untuk membungkam senjata dan menyelamatkan Kabul dan 6 juta warganya," kata Ghani, dikutip dari Reuters, Kamis (9/9).

Pernyataan itu sebagian besar menggemakan pesan yang sudah dikirim Ghani dari Uni Emirat Arab segera setelah kepergiannya meninggalkan Afghanistan. Pernyataan Ghani menuai kritik pahit dari para mantan sekutu yang menuduhnya melakukan pengkhianatan.

Ghani juga menepis laporan yang menyebutkan ia telah pergi meninggalkan Afghanistan dengan membawa uang tunai jutaan dolar. Diketahui jika Ghani sendiri merupakan mantan pejabat Bank Dunia yang menjadi presiden Afghanistan setelah dua pemilu yang disengketakan dan dirusak oleh tuduhan penipuan yang meluas di kedua belah pihak.

"Korupsi adalah wabah yang melumpuhkan negara kita selama beberapa dekade dan memerangi korupsi telah menjadi fokus utama dari upaya saya sebagai presiden," katanya.

Dia menyampaikan penghargaan atas pengorbanan yang telah dilakukan warga Afghanistan selama 40 tahun terakhir perang di negara mereka.

"Dengan penyesalan yang mendalam dan besar bahwa pemerintahan saya sendiri berakhir dengan tragedi yang sama dengan para pendahulu saya - tanpa memastikan stabilitas dan kemakmuran. Saya meminta maaf kepada orang-orang Afghanistan bahwa saya tidak dapat mengakhirinya secara berbeda," ujarnya. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X