Riset ini dilakukan di National Institutes of Health's (NIH) Clinical Center di Bethesda, Maryland terhadap 20 responden sehat. Dalam riset ini, setiap responden boleh memilih pola makan dengan makanan instan atau yang dimasak seperti biasa.

Selanjutnya responden menjalankan diet tersebut selama satu bulan dengan makanan yang sudah disiapkan tim peneliti. Makanan mengandung jumlah karbohidrat, protein, dan lemak yang sama.

"Studi ini memang kecil namun sangat terkontrol. Di sini kita bisa melihat, makanan instan cenderung menyebabkan konsumen makan lebih banyak dibanding yang dimasak seperti biasa. Kita perlu tahu aspek dalam makanan instan yang mengubah pola makan hingga kelebihan kalori dan kenaikan berat badan," kata peneliti senior Kevin Hall dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases NIH, seperti dilansir dari laman Live Science.

Peneliti juga menemukan responden yang menjalankan diet makanan instan cenderung makan lebih cepat. Kebiasaan makan cepat dianggap menjadi salah satu yang berperan dalam meningkatkan berat badan.

Selain bisa meningkatkan berat badan, peneliti juga menegaskan pentingnya pembatasan konsumsi makanan instan untuk menekan risiko terkena diabetes, jantung, dan darah tinggi.

Namun Hall tak menampik kalau itu tak mudah, karena makanan instan identik dengan cepat, murah, dan kenyang sesuai kebutuhan masyarakat saat ini. Riset selanjutnya diharapkan lebih menyeluruh sehingga dapat memberi jalan keluar yang tepat.