Presiden Tanggapi Pembunuhan Gadis 14 Tahun oleh Ayah Kandung Karena Pacari Pria 35 Tahun

- Jumat, 29 Mei 2020 | 20:31 WIB
Jurnalis Masih Alinejad (kiri) mengungkapkan detail kronologi pembunuhan Romina Ashrafi (kanan). (Foto: Istimewa)
Jurnalis Masih Alinejad (kiri) mengungkapkan detail kronologi pembunuhan Romina Ashrafi (kanan). (Foto: Istimewa)

Kasus pembunuhan Romina Ashrafi, gadis 14 tahun yang ingin menikah dengan pacarnya yang berusia 35 tahun oleh ayah kandungnya sendiri, Reza Ashraf, rupanya sampai juga telinga Presiden Iran, Hassan Rouhani. 

Entah karena desakan publik atau memang datang dari nuraninya sendiri, Hassan mendesak kabinetnya untuk mempercepat revisi UU yang mengatur soal "pembunuhan kehormatan" yang selama ini berlaku di negara Iran.

Jika menuruti hukum yang berlaku di Iran saat ini, si pelaku berpeluang bebas dari hukuman mati karena ia merupakan ayah kandung korban. Selain itu, keluarga Romina juga tidak ada yang menuntut. Karena itu, Hassan ingin agar Reza dihukum seberat-beratnya.

Terpisah, Wakil Presiden Iran untuk Urusan Perempuan dan Keluarga, Masoumah Ebtekar mengatakan bahwa akan dilakukan investigasi khusus atas pembunuhan Romina.

Kasus pembunuhan anak gadis oleh ayah kandung dengan cara memenggal kepala bukan pertama kali terjadi di Iran. Sebelum Romina Ashrafi (14) yang dipenggal ayahnya karena hendak menikah dengan pria 35 tahun, ada Atefeh Navidi, seorang gadis muda di Iran, yang juga dipenggal kepalanya oleh ayahnya sendiri karena memiliki pacar. 

Hal itu diungkap oleh jurnalis cum aktivis gerakan perempuan di Iran, Masih Alinejad di Twitter.

"Seperti wawancara saya dengan ibunya, dia ragu untuk membela putrinya," tulis Alinejad.

Alinejad menegaskan bahwa pembunuhan Romina adalah bukti teranyar betapa misoginisnya hukum yang berlaku di Iran. Sebelum dihabisi nyawanya oleh sang ayah, gadis cantik itu sempat kabur bersama pacarnya yang berusia 35 tahun dan berencana kawin lari.

"Seorang pria berumur 35 tahun memperdayanya hingga mau kawin lari dengannya. Lalu, dia ditahan. Hakim memutuskan untuk mengembalikannya ke ayahnya. Ayahnya kemudian memenggal kepalanya saat dia tidur. Tidak ada seorang pun yang menolongnya," tulis Alinejad.

Yang membuat publik geram, pembunuhan terhadap anak perempuan seperti yang dialami oleh Romina merupakan hal yang lazim di Iran. Pembunuhan semacam itu bahkan dianggap sebagai kehormatan.

Sebelum dibunuh, Romina telah memohon kepada hakim supaya dia tidak dipulangkan kepada ayahnya karena nyawanya terancam. Dia bahkan sampai menangis memohon, tapi penegak hukum di negara basis Syiah itu tetap tidak menggubris.

"Kekerasan ini harus diakhiri. Romina secara brutal dibunuh oleh ayahnya setelah dia mencoba kawin lari dengan pria 35 tahun. Kau tahu siapa pembunuh sebenarnya di sini? Ya, tak lain adalah Republik Islam Iran dan politik gendernya yang melanggengkan pembunuhan perempuan Iran. Pihak berwenang bahkan memotret jilbabnya setelah kematiannya," kata Alinejad.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X