Pemerintah telah memberikan kuota internet kepada pelajar dan tenaga pengajar di Tanah Air guna membantu pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19. Namun, hal tersebut menuai beberapa keluhan.
Tak sedikit di media sosial baik itu pelajar maupun tenaga pengajar mengeluhkan kuota utama internet yang lebih sedikit, sedangkan kuota yang diberi lebih banyak untuk platform tertentu yang jarang digunakan.
Mengenai hal tersebut, Pengamat Pendidikan Doni Koesoema, mengimbau agar kuota internet dievaluasi guna bantuan itu dapat dirasakan dampaknya bagi pelajar serta tenaga pengajar.
"Kemdikbud mesti mengevaluasi hal ini, karena kenyataannya, ketika kuota normal habis, yang untuk belajar juga tak bisa dipakai. Banyak kuota tak terpakai karena diaturnya terbatas untuk platform tertentu," terang Doni kepada Indozone, Rabu (6/1/2021).
"Padahal, siswa banyak memakai platform lain. Youtube misalnya, tidak masuk dalam platform, tapi masuk kuota utama. Ketika kuota utama habis, kuota belajar tak bisa dipakai," tambahnya.
Bahkan menurut Doni, banyak peserta didik yang tidak mengetahui mengenai informasi penggunaan kuota. Sehingga, jikalau tidak tahu, peserta dan pengajar akan dirugikan karena pulsa yang terpotong.
"Kadang, kalau individu sudah memiliki kuota sendiri, ketika mempergunakan kuota belajar, yang terpotong malah kuota utama yang dia beli sendiri. Ini merugikan penerima kuota karena tidak otomatis pindah ke kuota belajar," tandas Doni.
