Legislator Menilai Penundaan Impor Beras Akan Mendongkrak Harga Gabah Petani

- Sabtu, 27 Maret 2021 | 19:03 WIB
Ilustrasi: Petani memanen padi di areal sawah desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (20/3/2021). (photo/ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
Ilustrasi: Petani memanen padi di areal sawah desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (20/3/2021). (photo/ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Anggota Komisi IV DPR RI Sunarna menilai penundaan rencana impor beras oleh pemerintah akan mendongkrak harga gabah di tingkat petani yang anjlok seiring dengan munculnya wacana tersebut pada saat panen raya.

"Presiden Joko Widodo telah menyatakan bahwa rencana impor beras ditunda sampai bulan Juni," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu siang (27/3) dikutip dari ANTARA.

Sunarna mengakui Komisi IV DPR RI menolak rencana impor beras karena saat panen raya seperti sekarang, petani di seluruh Indonesia dapat menghasilkan sekitar 14,6 juta ton gabah.

Ia mengatakan jika 14,6 juta ton gabah tersebut setara dengan 9,2 juta ton hingga 9,4 juta ton beras, sehingga tidak perlu untuk dilakukan impor beras.

"Kalau untuk impor seperti saat ini, menyulitkan (petani). Pejabat baru bikin 'statement' mau impor saja, sudah menyulitkan masyarakat," katanya.

Baca juga: Guru TK Lemparkan Muridnya Gegara Emosi Terlalu Banyak Tingkah, Netizen Kecam Aksinya

Dia mengatakan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen di tingkat petani berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 sebesar Rp4.200 per kilogram.

Akan tetapi saat sekarang, kata dia, harga gabah kering panen di tingkat petani berkisar Rp3.000-Rp3.200 per kilogram.

"Kalau kita bicara panen raya 14,6 juta ton (gabah kering panen), selisih Rp1.000 saja, sudah melayang Rp14 triliun (uang) petani seluruh Indonesia. Tentu ini akan menyulitkan petani," katanya.

Sunarna mengatakan dengan potensi panen sebesar 14,6 juta ton gabah tersebut sebenarnya sudah mencukupi kebutuhan dalam negeri karena Indonesia masih surplus beras 9,4 juta ton ditambah stok di Bulog masih 923.000 ton.

"Tentu ini penyerapan Bulog cukup dari hasil petani, belum perlu impor secara hitung-hitungan. Makanya, Bulog pun menolak untuk impor," kata mantan Bupati Klaten itu.

Terkait dengan harga gabah di tingkat petani yang telah turun drastis, dia mengatakan Bulog harus lebih giat dalam melakukan penyerapan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X