INDOZONE.ID - Kerusuhan malam ketiga mengguncang Belanda ketika pengunjuk rasa mengamuk di beberapa kota di seluruh negeri setelah pemerintah memberlakukan jam malam malam karena alasan mencegah infeksi Covid-19.
Melansir The Guardian, lebih dari 180 orang ditangkap pada hari Senin di Amsterdam dan Rotterdam, di mana toko-toko dirusak dan dijarah. Kondisi ini membuat wali kota Ahmed Aboutaleb, mengeluarkan keputusan darurat yang memberi polisi kewenangan penangkapan.
"Orang-orang ini adalah pencuri yang tidak tahu malu, saya tidak bisa mengatakan sebaliknya," kata Aboutaleb.
Kerusuhan tersebut juga menjalar ke berbagai wilayah di seluruh negeri seperti Den Bosch, Zwolle, Amersfoort, Alkmaar, serta Hoorn. Di Gouda beberapa mobil sempat dibakar, sementara di Haarlem polisi diserang dengan batu.
Para pejabat mengatakan para perusuh, yang dilaporkan menggunakan aplikasi media sosial untuk berorganisasi, sebagian besar adalah remaja. Para ahli mempertanyakan sejauh mana banyak yang termotivasi oleh penentangan terhadap jam malam pukul 9 malam, yang mulai berlaku pada hari Sabtu.
Seorang kriminolog Belanda terkemuka, Henk Ferwerda, mengatakan kerusuhan itu melibatkan "kelompok yang tidak percaya virus, pengunjuk rasa politik, serta anak-anak yang hanya melihat kesempatan untuk menjadi liar.
Baca Juga: Mengintip Isi Istana Mewah Presiden Putin, Kabarnya Ada Kasino Sampai Panggung Striptis
"Ketiga kelompok itu bersatu," ucap Ferwerda.
Awalnya, ini adalah protes damai yang yang kemudian "dibajak" oleh orang-orang yang mencari kekerasan, kata Ferwerda kepada penyiar publik Belanda, NOS. Sementara yang lain tampaknya direncanakan sejak awal oleh para provokator atau orang-orang yang "secara sadar dan sengaja" berusaha menimbulkan masalah.
Walikota Haarlem, Jos Wienen, menggambarkan kerusuhan itu sebagai "gangguan serius ketertiban umum". Tindakan anti-Covid-19 akan menyulitkan semua orang.
“Kami semua ingin bebas bergerak. Tapi itu tidak memberi hak kepada siapa pun untuk menyalakan api, melepaskan kembang api, dan melakukan vandalisme,” jelasnya.
Perdana menteri mengutuk kerusuhan akhir pekan di mana pengunjuk rasa anti-lockdown menyerang polisi dan membakar mobil.
“Apa yang memotivasi orang-orang ini tidak ada hubungannya dengan protes; ini adalah kekerasan kriminal, ”kata Mark Rutte.
Polisi mengatakan 300 orang ditahan pada Sabtu dan Minggu setelah para pemuda melemparkan batu dan dalam satu kasus melempar pisau ke petugas, menyerang sebuah rumah sakit dan membakar sebuah stasiun pengujian Covid. Lebih dari 5.700 denda dikeluarkan karena melanggar jam malam.