Terungkap! Militer Myanmar Belajar Dwifungsi dari ABRI, Kini Kudeta Aung San Suu Kyi Dkk

- Selasa, 2 Februari 2021 | 18:28 WIB
Kiri: Aung San Suu Kyi (REUTERS/Athit Perawongmetha); Kanan: Soeharto (berkacamata) (AP)
Kiri: Aung San Suu Kyi (REUTERS/Athit Perawongmetha); Kanan: Soeharto (berkacamata) (AP)

Myanmar memanas. Senin dini hari, 1 Februari 2021,sekitar pukul 02.30 waktu setempat, sejumlah tokoh politik senior dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (The National League for Democracy/NLD) ditangkap oleh militer Myanmar, dan dijadikan tahanan rumah.

Di antara mereka, termasuk Kanselir Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Win Myint.

Segera setelah penahanan itu, situasi di Myanmar langsung bergejolak. Internet dan jalur komunikasi telepon padam. Warga dilanda kepanikan. Mereka memborong bahan makanan guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dalam beberapa hari ke depan.

Menyusul kudeta militer Myanmar ini, Profesor Emeritus dari Universitas Monash Australia, Ariel Heryanto, membagikan arsip koran Kompas yang terbit tahun 1993, berjudul 'Myanmar Ingin Belajar Soal Dwifungsi ABRI'.

Ariel mengunggah foto arsip potongan berita itu pada 2 September 2017, dan ia kembalikan membagikannya pada 1 Februari 2021.

Di dalam berita itu disampaikan, Menteri Luar Negeri Myanmar U Ohn Gyaw menyatakan minatnya untuk belajar dari Indonesia soal cara-cara melembagakan sistem dwifungsi militer.

"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Gurunya tampil bangga sekali. Sumber: Kompas (1993). Ngarsip kliping koran kadang2 ada gunanya," tulis Ariel menyertai foto arsip koran itu.

-
Foto arsip berita soal Myanmar belajar dwifungsi ABRI yang diunngah Ariel Heryanto. (Facebook)

Bagi Aung San Suu Kyi sendiri, penahanan ini bak deja vu. Ya, perempuan yang saat ini telah menginjak usia 75 tahun itu, pernah menjadi tahanan rumah selama 15 tahun usai memenangkan Pemilu 1990. Masa tahanan itu hanya dikurangi 6 tahun dari masa penahanannya. 

Secara historis, Myanmar merupakan negara yang pemerintahannya dikendalikan oleh rezim militer. Barulah dalam satu dekade terakhir, negara yang beribukota di Naypyidaw itu mulai bergerak ke arah negara demokratis, dan Suu Kyi, putri dari Aung San dan Khin Kyi itu, adalah momok bagi militer Myanmar.

Pada hari ketika Suu Kyi dan rekan-rekannya ditahan militer, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi seharusnya memulai masa pemerintahan mereka yang kedua.

Namun, lagi-lagi militer Myanmar melakukan kudeta dan menjadikan Suu Kyi dan rekan-rekannya tahanan rumah.

Militer Myanmar mengaku melakukan kudeta ini karena merasa ada kecurangan dalam proses pemungutan suara beberapa waktu lalu.

Hingga hari ini, keberadaan Suu Kyi dan kawan-kawannya belum diketahui.

Militer Myanmar tidak memberikan informasi tentang di mana mereka ditahan atau bagaimana kondisi mereka.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X