Media Myanmar Jadi Perhatian Usai Jurnalis Soe Naing Tewas di Tangan Junta

- Kamis, 23 Desember 2021 | 11:39 WIB
Pemimpin junta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing. (REUTERS /Stringer)
Pemimpin junta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing. (REUTERS /Stringer)

Beberapa hari terakhir keadaan media Myanmar menjadi fokus berbagai pihak, setelah kematian fotografer Soe Naing dalam tahanan, usai meliput protes di Yangon pada 10 Desember.

Fotografer Soe Naing merupakan jurnalis pertama yang tewas terbunuh di tangan militer Myanmar, yang melakukan kudeta sejak 1 Februari. Sebelum terbunuh, Soe Naing sering mendokumentasikan kekerasan di Myanmar pasca-kudeta.

Baca juga: Jepang Putuskan Hubungan Pertahanan dengan Militer Myanmar

Setelah kematian Soe Naing, Daniel Bastard, kepala meja Reporters Without Borders Asia Pasifik mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa pembunuhan terhadap jurnalis tanda kalau Myanmar dalam keadaan buruk yang harus segera ditangani.

"Kematian Soe Naing harus menjadi sinyal alarm dan mendorong masyarakat internasional untuk menjatuhkan sanksi baru yang ditargetkan pada junta militer yang telah menjalankan negara itu sejak Februari," kata Daniel Bastard.

Protes 10 Desember diselenggarakan setelah hukuman dan pemenjaraan mantan ketua partai yang berkuasa Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint. Keduanya digulingkan dan ditahan setelah kudeta.

Sejauh ini lebih dari 100 wartawan ditahan setelah kudeta dan Reporters Without Borders memperkirakan bahwa 53 dari mereka masih ditahan.

Setelah merebut kekuasaan, junta memperketat aturan yang mengatur media, termasuk melarang penggunaan istilah 'junta' untuk menggambarkan Min Aung Hlaing dan komplotannya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Gema Trisna Yudha

Tags

Rekomendasi

Terkini

X