Pemerintah Dinilai Perlu Antisipasi Jika 'Panic Buying' Terus Terjadi

- Selasa, 7 April 2020 | 00:03 WIB
Ilustrasi - Pedagang bumbu melayani pembeli saat dibukanya kembali Pasar Badung pascapenutupan terkait imbauan tidak keluar rumah di Denpasar, Bali, Jumat (27/3/2020). (Photo/ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)
Ilustrasi - Pedagang bumbu melayani pembeli saat dibukanya kembali Pasar Badung pascapenutupan terkait imbauan tidak keluar rumah di Denpasar, Bali, Jumat (27/3/2020). (Photo/ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Ira Aprilianti menilai bahwa pemerintah perlu mengantisipasi jika fenomena panic buying atau belanja berlebihan terus terjadi hingga pada fase yang lebih baru.

Menurut penjelasan Ira, fenomena panic buying menjadi salah satu dampak dari kekhawatirannya masyarakat akan virus corona.

"Masyarakat sebagai konsumen melakukan panic buying sebagai respons dari adanya kemungkinan lockdown atau karantina wilayah dan ketidakpastian ketersediaan barang di pasar," kata Ira di Jakarta, Senin (6/4/2020).

Ira menyebutkan bahwa dari hasil riset Nielsen, ada beberapa tahap terhadap panic buying. Tahap I dan II merupakan kondisi kepanikan untuk membeli produk kesehatan dan perlindungan diri, seperti suplemen kesehatan, masker, dan hand sanitizer.

Kepanikan tersebut bahkan telah menyebabkan kenaikan harga sampai 10 kali lipat di beberapa kota di Indonesia. Dan pada Tahap III juga dialami Indonesia, di mana konsumen menyasar bahan makanan dan produk kesehatan. Indonesia harus siap kalau Tahap IV terjadi.

"Pada tahap ini, ketersediaan barang baik online dan offline menipis. Hal ini harus diantisipasi oleh pemerintah dengan memastikan ketersediaan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat lewat perdagangan nasional maupun internasional," kata Ira.

Selain itu, Ira juga menerangkan bahwa terjadi kenaikan harga cukup signifikan di pasar tradisional. Menyikapi hal itu, Ira meminta pemerintah untuk fokus pada kebijakan yang mengutamakan ketersediaan barang di pasar.

"Hal ini menunjukkan konsumen pasar tradisional, terutama yang mengonsumsi barang inferior, Beras Kualitas Bawah II, lebih rentan terhadap perubahan harga," kata dia.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X