Kisah Mahasiswa ITB Selesaikan Skripsi 7 Hari 7 Malam Hingga Meninggal

- Jumat, 29 November 2019 | 14:43 WIB
Twitter/@Jechriswa
Twitter/@Jechriswa

Skripsi memang menjadi salah satu syarat yang harus dikerjakan oleh para mahasiswa untuk meraih gelar sarjana. Demi sebuah gelar yang turut andil dalam menentukan masa depan, tak heran bila setiap mahasiswa berlomba-lomba dengan waktu, deadline dan revisian agar skripsi yang diharapkan selesai secepat mungkin.

Namun terkadang, jalan yang ditempuh para mahasiswa menyelesaikan skripsi sering tak mengesampingkan masalah kesehatan. Mereka rela jam tidurnya jadi tidak teratur demi merangkai sebuah kalimat di lembaran skripsi. Jam makan yang tak sesuai jadwalnya membuat tubuh rentan terserang penyakit maag.

Skripsi memanglah sebuah penentu kelulusan, namun bukan berarti demi gelar sarjana kesehatan pun dikesampingkan. Parahnya lagi, karena skripsi seseorang bisa mengidap berbagai penyakit. Fatalnya lagi, bila sampai kehilangan nyawa. Seperti kisah seorang mahasiswa yang belakangan ini viral di media sosial.

Seorang mahasiswa ITB bernama Jehuda Christ Wahyu meninggal usai mengerjakan skripsi selama 7 hari 7 malam. Jehuda diduga mengidap komplikasi hingga akhirnya meninggal dunia.

Sebelum meninggal, Jehuda sempat menuliskan sebuah utas di akun Twitternya Jechriswa. Utas itu diberi judul "Anemia of chronic disease, skripsi, dan wisuda ITB".

Di awal utasnya, Jehuda mengaku bahwa ia mengerjakan skripsi selama tujuh hari tujuh malam. Skripsi ini membuatnya tak tidur malam dan hanya tidur di siang hari. Untungnya, perjuangan Jehuda mengerjakan skripsi dengan tak tidur ini akhirnya berbuah manis. Tanggal 13 September 2019 lalu, ia dinyatakan lulus dari ITB. Namun, kebahagiaan yang dirasakan Jehuda tak berlangsung lama setelah ia sidang. Ia mulai merasakan ada yang beda dari tubuhnya.

"Trus kebahagiaan gue berkurang karna ketika makan setelah sidang, kok rasa makanan nya ga enak. Yauda terus gue ga apa apain. Sambil urus yudisium, nafsu makan gue terus berkurang. Gue makan sehari sekali kali," tulis Jehuda di akun Twitternya.

Suatu hari, teman Jehuda pernah bertanya kenapa tangannya begitu panas. Ia yang baru menyadari hal itu beranggapan bahwa tangannya panas karena belum merokok. Jehuda lalu mengambil sebatang rokok dan merokok. Namun, ternyata bukan karena faktor rokok tangan Jehuda panas.

2 minggu setelah sidang, Jehuda bahkan sampai tak bisa makan sama sekali. Ia yang merasa panik langsung memutuskan untuk kembali ke Cikarang.

"Pas jalan pulang gue sadar gue lemes banget, banget banget, dan demam tinggi lagi. Yauda mendarat di cikarang, langsung ke RS terkemuka disana, cek darah, dugaan 1: tipes," tulis Jehuda.

"Tapi ternyata tipes gue negatif. Dilihat darah gue rendah semua, dan ada infeksi kronis. Gue cuma dikasih antibiotik sama obat penurun panas," lanjutnya.

Sejak saat itu, ia hanya menghabiskan waktu di rumah sakit. Karena demamnya yang terlalu tinggi, Jehuda sampai ditangani oleh empat orang dokter. Sebelumnya, Jehuda diperiksa oleh dokter umum. Kemudian, dia diperiksa oleh dokter spesialis penyakit dalam. Dokter tersebut bahkan sampai melakukan cek urin, karena dokter menduga ada yang salah dengan ginjalnya. Namun, dugaan ini salah, ginjal Jehuda dinyatakan bersih.

-
Twitter/@Jechriswa

"Dokter bingung gua kenapa. Lah gua apa lagi. Dugaan dokter ke 3: radang parh paru/ TBC. Ternyata 4 hari kemudian gue di ronsen, paru2 gue bersih (wow) cek darah, trombosit ga turun berarti bukan DBD (dugaan 4). Darah hemoglobin rendah, smua muanya rendah kecuali trombosit," tulis Jehuda.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X