Warga Jerman Kenang Runtuhnya Tembok Berlin 30 Tahun Lalu

- Selasa, 5 November 2019 | 11:15 WIB
Twitter/@Reuters/ REUTERS/Fabrizio Bensch
Twitter/@Reuters/ REUTERS/Fabrizio Bensch

9 November 1989, seorang wanita bernama Sascha Moellering menyaksikan runtuhnya Tembok Berlin dari Gerbang Brandenburg. Namun, ia baru benar-benar merasa kalau Jerman Timur dan Jerman Barat telah bersatu 10 tahun kemudian. Sascha masih mengingat saat para warga merobohkan Tembok Berlin, ibunya menyaksikan kejadian itu dari rumah lewat siaran televisi.

Saat itu, orang-orang berusaha untuk menggoyangkan pagar pembatas setelah Guenter Schabowski, seorang pejabat senior Jerman Timur, tidak sengaja mengumumkan perbatasan akan dibuka pada acara jumpa pers.

-
REUTERS/Fabrizio Bensch

"Ibu melihat ke arahku dan bertanya: apa yang kamu lakukan di sini? pergi ke luar! ini adalah sejarah, dan kamu harus ada di sana," kata Moellering mengingat kejadian itu jelang 30 tahun peringatan rubuhnya Tembok Berlin yang menandai awal penyatuan Jerman.

"Di Tembok Berlin, ribuan orang berdiri dan menyanyikan lagu The Beatles: Give peace a chance, tentu saja, saat itu suasananya mendebarkan dan tidak terlupakan," tambahnya.

Sebelum pernyataan dari Schabowski keluar, berbulan-bulan pemerintah Jerman Timur mendapat banyak tekanan untuk mengizinkan warganya bepergian secara bebas. Tekanan itu mencapai puncaknya, saat seorang wartawan kantor berita ANSA Riccardo Ehrman, mengajukan sebuah pertanyaan pada Schabowski tentang aturan perjalanan baru pemerintah Jerman Timur. Namun saat itu, Schabowski belum mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan tersebut, hingga ia tak sengaja menyebutkan bahwa tembok perbatasan akan segera di buka oleh pemerintah.

-
REUTERS/Fabrizio Bensch

Sejak jawaban itu dilontarkan olehnya, Schabowski mengatakan pemerintah Jerman Timur mengizinkan warganya untuk melintasi perbatasan, dan dia meyakini aturan baru itu akan segera diterapkan. Namun, warga Jerman Timur terlanjur bahagia mendengar pernyataan tersebut, mereka kemudian berlari-larian menuju Tembok Berlin untuk melihat wilayah Jerman Barat.

-
Twitter/@Reuters

"Saya tidak dapat mengatakan wawancara saat itu mempengaruhi peristiwa jatuhnya Tembok Berlin, tetapi mungkin saja, saya ikut membantu. Meskipun porsi bantuan saya kecil, saya merasa bangga," kata Ehrman.

-
REUTERS/Fabrizio Bensch

Setelah kejadian itu, pemerintah Jerman Timur mengumumkan tentang aturan bepergian baru itu pada pukul empat pagi. Namun sehari setelahnya, Schabowski menyebutkan bahwa warga Jerman Timur harus membuat visa yang sesuai dengan aturan baru tersebut.

Dunia yang beda

"Waktu itu, saya sedang berjalan dan seorang pemuda datang ke saya, ia berkata: sudahkah anda mendengar? perbatasan akan dibuka! (dan saya bertanya) dari mana kamu tahu? (dia membalas) ya! perbatasan dibuka, haruskah saya pergi? dan saya bilang, mengapa kamu harus pergi?" ujar Modrow, seorang petinggi Komunis terakhir Jerman Timur.

Sementara itu, keluarga Susanne Roebisch yang merupakan warga Berlin Timur berhasil memboyong keluarganya untuk pindah ke Berlin Barat pada 1985. Awalnya Susanne berpikir bahwa ia tak akan bertemu lagi dengan teman-temannya saat pindah ke Berlin Barat. Mendengar pengumuman bahwa tembok akan dirobohkan, mereka pun terkejut.

-
REUTERS/Fabrizio Bensch

"Kami semua duduk di sana, berpikir: Apa? tembok akan dirubuhkan? apakah itu pernyataan resmi? Apakah dia berkata, siapapun dapat pergi dari timur ke barat dan sebaliknya? Apa?" kata Susanne.

Di sisi lain, ayah Susanne sudah terbiasa mengabadikan semua momen dan peristiwa yang terjadi dalam buku hariannya. Dalam sebuah tulisan yang dibuat pada tanggal 9 November 1989, tertulis: "Perbatasan telah dibuka".

Dalam catatan harian selanjutnya berisi kisah keluarga  menceritakan keluarga Susanne yang banyak menerima kunjungan dari keluarga dan teman-temannya yang tinggal di wilayah timur.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X