IHSG dan Rupiah Kembali Tersungkur, Ini Kata Analis

- Senin, 30 Maret 2020 | 16:00 WIB
Ilustrasi IHSG kembali tersungkur (ANTARA FOTO).
Ilustrasi IHSG kembali tersungkur (ANTARA FOTO).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sempat mengalami trend penguatan pada pekan lalu, setelah pemerintah mengumumkan beberapa langkah strategis untuk menangani dampak ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19). 

Namun demikian, IHSG dan rupiah kembali melemah pada awal perdagangan sesi pertama, Senin (30/3/2020). IHSG terkoreksi 4,12% ke level 4.358 (pukul 13.03 WIB) dan kurs rupiah melemah 1,46% ke level Rp16.375/US$ pada waktu yang sama. 

Analis pasar modal yang juga Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mengatakan, ketika IHSG dan rupiah menguat pekan lalu, sejatinya disebabkan faktor eksternal, yaitu stimulus yang dikeluarkan Presiden Donald Trump bagi Amerika Serikat, bukan kebijakan dalam negeri Indonesia. 

"Pasar saham Indonesia terapresiasi akibat stimulus Amerika, di tambah kebijakan the Fed dan berbagai bank sentral negara lain. Rupiah menguat akibat pelemahan indeks US dolar, selain sentiment positif penguatan bursa global dan regional berhasil mendorong IHSG juga mengalami kenaikan," ujar Hans Kwee kepada Indozone, Senin (30/3/2020). 

Hans Kwee sudah memprediksi IHSG dan Rupiah akan kembali berada pada trend negatif pekan ini. Sebab IHSG dan rupiah sudah jor-joran mengalami penguatan akhir pekan lalu. Akan sangat mungkin jika pada pekan ini para investor melakukan profit taking atau aksi ambil untung. 

"Pada awal pekan ini, kami perkirakan IHSG akan terkoreksi terlebih dahulu setelah mengalami kenaikan banyak di perdagangan Kamis dan Jumat pekan lalu. IHSG sepekan akan membentuk candle naik dengan shadow di atas dan bawah indikasi kekuatan naik dengan fluktasi di pasar. IHSG berpeluang konsolidasi melemah di pekan ini dengan support 4100 sampai 3911 dan resistance di level 4697 sampai 4937," jelasnya secara teknis. 

-
Ilustrasi nilai tukar rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar).

Ia meminta para pelaku pasar bersikap rasional, sebab selama wabah Covid-19 situasi perdagangan masih terus mengalami fluktuasi. Para pelaku pasar juga diminta mengantisipasi kemungkinan terjadinya karantina wilayah atau lockdown, mengingat hal itu akan sangat memukul perekonomian secara fundamental. 

"Metode mengantisipasi penyebaran dengan lockdown, memukul perekonomian yang diantisipasi pasar dengan penurunan harga saham. Akan tetapi, banyak saham yang punya valuasi menarik karena itu ketika terjadi koreksi di pasar, dapat kembali dilakukan akumulasi beli," pungkasnya. 

Pasar keuangan dunia pekan lalu bergerak positif mulai Selasa, akibat indikasi awal persetujuan senat AS meloloskan paket stimulus Covid-19 senilai US$2 triliun. Setelah paket disetujui pada Jumat, Dewan Perwakilan AS (DPR) melolosan paket tersebut lewat pemungutan suara dan mengirim persetujuan kepada Trump untuk ditandatangani. 

Stimulus ini akan memberikan pinjaman dana darurat kepada usaha kecil, keringanan pajak bisnis, tunjangan pengguran yang diperluas. Ada juga bantuan untuk industri terdampak langsung seperti penerbangan, pariwisata dan hotel, serta fasilitas kesehatan rumah sakit dan negara bagian. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X