Penata Rambut Ini Memicu Kemarahan karena Tak Menerima Pelanggan yang Sudah Divaksin

- Jumat, 21 Mei 2021 | 09:29 WIB
Penata rambut yang memicu kemarahan (Mirror)
Penata rambut yang memicu kemarahan (Mirror)

Seorang penata rambut di Australia tidak menerima klien yang telah divaksinasi Covid-19, dia mengklaim bahwa mereka menulari pelanggan lain.

Wanita bernama Yazmina Jade Adler, dari Australia, menjadi berita utama pada tahun 2019 setelah mengklaim bahwa dia meredakan nyeri haid yang parah dengan menggosokkan darah menstruasi di wajahnya selama meditasi ritual.

Dikutip dari Mirror, kini pemilik bisnis Gold Coast kembali menarik perhatian setelah memberlakukan kebijakan kontroversial yang melarang penerima vaksin virus corona dari salonnya di Palm Beach.

Pakar imunologi mengatakan secara ilmiah tidak mungkin vaksin Covid-19 menyebabkan penyakit pada orang yang tidak terkena suntikan karena tidak mengandung virus hidup atau bahan menular lainnya yang dapat menular dari orang ke orang.

Dia mengumumkan aturan baru di halaman media sosial Khemia HI getaran frekuensi salon pada hari Senin.

"Kami bukan penata rambut kamu jika kamu memiliki vax Covid," tulisnya, dikutip dari Mirror.

"Efek kesehatan yang tidak diketahui dari vaksin mRNA tidak dilindungi oleh asuransi kewajiban publik kami," tulis Adler di Facebook dan Instagram.

Dia meminta maaf atas "ketidaknyamanan" kepada pelanggan tetapi mengatakan 'keselamatan staf kami dan klien yang ada adalah prioritas kami', menambahkan kebijakan tersebut akan dievaluasi ulang pada tahun 2023 ketika uji klinis dari 'injeksi eksperimental' selesai.

Postingannya itu menimbulkan banyak komentar bagi netizen.

"Menurut saya keputusan bisnis Anda menggelikan!! Saya seorang penata rambut dan jika ada yang lebih suka klien saya divaksinasi, tetapi ini adalah keputusan pribadi dan saya tidak akan mendiskriminasi!" komentar salah satu netizen yang juga seorang penata rias.

Postingan bisnis tersebut telah ditandai sebagai 'konteks yang hilang' dan 'menentang sains' oleh pemeriksa fakta independen, Australian Associated Press.

Associate professor Menno van Zelm dari Monash University Department of Immunology and Pathology setuju, dengan mengatakan bahwa 'tidak ada laporan yang dapat dipercaya' bahwa orang yang divaksinasi dapat membuat orang lain sakit.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X