Perang Armenia & Azerbaijan Makin Brutal, 4 Ribu Tentara Bayaran Suriah Diduga Terlibat

- Senin, 5 Oktober 2020 | 15:42 WIB
Serangan rudal di Stepanakert, Nagorno-Karabakh (kiri) dan di Ganja, Azerbaijan (kanan). (Foto/Hikmet Hajiyev)
Serangan rudal di Stepanakert, Nagorno-Karabakh (kiri) dan di Ganja, Azerbaijan (kanan). (Foto/Hikmet Hajiyev)

Perselisihan antara Armenia dan Azerbaijan bukanlah hal baru, eskalasi antara kedua negara di wilayah Nagorno-Karabakh tidak pernah seserius ini. 

Sekitar seminggu yang lalu kedua negara terlibat dalam bentrokan militer yang telah menewaskan puluhan orang, tetapi pertempuran tersebut tidak terbatas pada tentara kedua negara.

Hal yang mengejutkan juga, konflik militer antara Yerevan dan Baku juga terjadi tiba-tiba.

Hal ini mengakibatkan banyak negara bergegas mendukung satu sisi untuk pertimbangan politik, sejarah, dan pula agama seperti yang dilaporkan Al Bawaba.

Namun, beberapa sumber telah memperhatikan partisipasi yang cukup besar dari pejuang Suriah di kedua sisi pertempuran.  

Sebagian besar dikaitkan dengan perpecahan politik yang mendalam di antara warga Suriah, terutama setelah perang saudara selama 8 tahun.

Menurut Reuters, dua pemberontak Suriah telah menyatakan bahwa Turki mengerahkan pejuang Suriah ke Baku untuk bertempur bersama tentara Azerbaijan. 

Baku yang melayani kepentingan Turki di wilayah tersebut, sebagian besar terbukti dalam pernyataan aliansi dengan Azerbaijan.

Beberapa laporan yang belum diverifikasi menduga bahwa sekitar 4000 tentara bayaran Suriah mungkin sudah tiba di Azerbaijan, bersiap untuk perang melawan Armenia.

Pada saat yang sama, banyak warga Suriah lainnya telah menggunakan media sosial untuk menyatakan dukungan mereka kepada Armenia dalam perang melawan Azerbaijan.

Hal ini juga dilakukan lantaran konflik kepentingan dengan Turki dan dukungan Israel untuk Azerbaijan.

Selain itu, di tengah kurangnya laporan yang dikonfirmasi, warga Suriah keturunan Armenia juga diduga telah bersiap untuk mendukung pasukan Armenia dalam konflik baru-baru ini.

Perselisihan atas wilayah Nagorno-Karabakh sudah berlangsung puluhan tahun. Kedua negara yang memperoleh kemerdekaan setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, mengklaim hak untuk mengontrol wilayah tersebut dengan mayoritas Armenia.

Penduduk Nagorno-Karabakh sejak itu berusaha untuk mendapatkan status negara mereka sendiri karena mereka terus menuntut hak untuk menentukan nasib sendiri.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X