Tulis 'Islam Arogan', Pengakuan Abu Janda Heboh: Maklum Jempol Menulis saat Debat Panas

- Sabtu, 30 Januari 2021 | 16:45 WIB
Tangkapan layar video klarfikasi Permadi Arya alias Abu Janda (Twitter @narkosun)
Tangkapan layar video klarfikasi Permadi Arya alias Abu Janda (Twitter @narkosun)

Permadi Arya alias Abu Janda sejak beberapa waktu terakhir mendapat sorotan.

Hal itu buntut dugaan rasis yang dilakukannya terhadap Natalius Pigai maupun dugaan ujaran kebencian tentang Islam.

Mulai dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) hingga Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengecam ulah Abu Janda.

Bahkan, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) telah melaporkan Abu Janda dan rencananya akan diperiksa Kepolisian pada pekan depan.

Setelah mendapat kecaman dari banyak pihak, termasuk dari NU yang dia klaim sebagai organisasinya, Abu Janda akhirnya memberi klarifikasi.

"Saya buat video ini buat kiai-kiai, buat gus-gus, buat ustaz-ustaz dan semua warga NU yang saya cinta," kata Abu Janda seperti terlihat pada video yang beredar, Jumat (29/1/2021).

Abu Janda kemudian memberi klarifikasi dan menyebut adanya kesalahpahaman. Dia mengaku bahwa komentar itu ditujukan terhadap cuitan mantan Wakil Sekretaris Jenderal MUI Tengku Zulkarnain.

"Pertama-tama komentar saya itu diviralkan, dipotong, tanpa konteks seolah-olah itu pernyataan mandiri. Padahal itu jawaban saya ke Ustaz Zulkarnain yang sedang provokasi SARA mengatakan minoritas di Indonesia itu arogan ke mayoritas," kata Arya.

Abu Janda juga berkilah bahwa dia tidak bermaksud menggeneralisir Islam yang disebutnya arogan tersebut.

"Yang kedua, komentar tersebut tentunya saya bicara sebagai seorang Muslim dalam konteks otokritik, perihal masalah internal Islam saat ini, saat ini. Makanya saya tulis di situ Islam sebagai agama pendatang dari Arab," katanya.

Abu Janda menyebut bahwa yang dimaksudnya Islam arogan adalah Salafi dan Wahabi.

"Jadi yang saya maksud adalah Islam transnasional, seperti Salafi, Wahabi, yang memang pertama dari Arab, kedua memang mereka arogan ke budaya lokal, seperti mengharam-haramkan sedekah laut yang saya tulis, dan lain sebagainya. Jadi bukan seperti Islam Nusantara seperti NU dan Muhammadiyah," kata dia.

Lebih lanjut, Abu Janda mengatakan bahwa komentar itu dituliskan dalam suasana 'panas'. Sehingga, kata dia, tidak sinkron antara tulisan dan pikirannya.

"Mohon maaf jika ada kesalahpahaman. Maklum jempol menulis saat debat panas, jadi keluarnya jadi tidak sinkron," kata dia.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X