Mahkamah Agung Beri Kesempatan Pemerkosa Anak Agar Nikahi Korban Jika Tak Ingin Dipenjara

- Sabtu, 6 Maret 2021 | 17:52 WIB
Mahkamah Agung India menerima banyak kritikan atas keputusannya. (Photo/The Guardian)
Mahkamah Agung India menerima banyak kritikan atas keputusannya. (Photo/The Guardian)

Ketua Mahkamah Agung India, Sharad Arvind Bobde menerima banyak kritikan setelah memberikan kesempatan bagi pelaku pemerkosa anak di bawah umur agar menikahi korbannya jika dia ingin menghindari kehilangan pekerjaan dan masuk penjara.

Dilansir dari The Guardian, Sabtu (6/3/2021), lebih dari 5.200 orang telah menandatangani petisi yang menuntut Ketua Mahkamah Agung untuk mundur karena hal ini juga memicu kehebohan para aktivis hak-hak perempuan.

Sementara itu, Ketua Mahkamah Agung India, Sharad Arvind Bobde dilaporkan memberi tahu seorang pejabat pemerintah yang dituduh melakukan pemerkosaan anak.

“Jika Anda ingin menikahi (dia) kami dapat membantu Anda. Jika tidak, Anda kehilangan pekerjaan dan masuk penjara,” kata Bobde.

Terdakwa dituduh melakukan serangkaian tindakan kriminal yang kejam terhadap korban siswi di bawah umur termasuk menguntit, mengikat, mencekik, dan berulang kali memperkosanya.

-
Ketua Mahkamah Agung India, Sharad Arvind Bobde. (Photo/The Guardian)

Baca juga: Video Harimau Dahan Berkeliaran di Sekitar Perumahan Warga, Kelaparan dan Cari Makanan

Selain itu, terdakwa juga mengancam akan menyiramnya dengan bensin, dibakar hidup-hidup dan dibunuh oleh saudara laki-lakinya. Surat terbuka telah dikeluarkan untuk Ketua Mahkamah Agung oleh para aktivis hak asasi manusia yang menuntut pengunduran dirinya.

"Dengan menyarankan pemerkosa ini menikahi korban-korban, Anda, ketua pengadilan India, berusaha untuk mengutuk korban-selamat untuk pemerkosaan seumur hidup di tangan penyiksa yang mendorongnya untuk mencoba bunuh diri," tulis isi surat itu.

India memiliki catatan buruk tentang kekerasan seksual dan ini adalah salah satu dari banyak insiden yang menarik perhatian internasional. Sebelumnya pada tahun 2012, pemerkosaan dan pembunuhan beramai-ramai terhadap seorang siswa di bus Delhi mengejutkan dunia dan tampaknya setelah sekitar 9 tahun, keadaan tetap tidak berubah.

Korban kekerasan seksual di India secara teratur menjadi sasaran perlakuan seksis di tangan polisi dan pengadilan, termasuk didorong untuk menikahi penyerang mereka dalam apa yang disebut solusi yang dikompromikan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X