AS Laksana Dihujat Usai Mengirim Cerpen Muridnya dengan Namanya ke Jawa Pos, Dicap Arogan

- Senin, 7 Juni 2021 | 07:56 WIB
Penulis AS Laksana (Foto: National Committee Indonesia)
Penulis AS Laksana (Foto: National Committee Indonesia)

Penulis sekaligus mentor kepenulisan, AS Laksana menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan para penggemar bacaan sastra dalam beberapa jam terakhir.

Hujatan datang menyerbu pria yang akrab disapa 'Sulak' itu setelah ia membuat pengakuan terbuka di dinding Facebook-nya terkait authorship pada cerita pendek (cerpen) berjudul 'Bidadari Bunga Sepatu' yang tayang di surat kabar Jawa Pos edisi Minggu, 6 Juni 2021.

Novelis Eka Kurniawan, misalnya, turut mempertanyakan apakah Sulak ingin membuktikan kualitas dirinya kepada muridnya. Eka juga mempertanyakan kepada redaktur Jawa Pos, apakah memuat cerpen itu lantaran nama pengarangnya dibuat 'AS Laksana'.

"Apakah dia (AS Laksana) ingin membuktikan bahwa 1) kepada peserta kelas menulisnya, sebagus apa pun karyamu, cerpen itu dimuat karena ada nama 'AS Laksana'; 2) kepada redaktur Jawa Pos, karya itu dimuat, karena yang mengirim 'AS Laksana'?" cuit pengarang 'Cantik Itu Luka' dan 'Lelaki Harimau' itu di Twitter.

-
Cuitan Eka Kurniawan.

Sementara cerpenis Okky Madasari, berkomentar emosional menanggapi pengakuan Sulak. Ia bahkan menyebut apa yang dilakukan Sulak sebagai bentuk plagiarisme.

"Menerbitkan tulisan orang lain dengan nama sendiri adalah sebuah bentuk plagiat yang paling nyata. Apa pun alasan dan tujuannya. Plagiat adalah dosa paling besar seorang penulis. Meskipun kemudian mengakui sendiri dengan berbagai embel-embel, itu justru semakin menjijikkan," cuit penulis cerpen 'Dua Pengantin' itu.

-
Cuitan Okky Madasari.

Adapun dalam pengakuan terbukanya, Sulak berterus terang bahwa cerpen 'Bidadari Bunga Sepatu' yang tayang di Jawa Pos hari Minggu (6/6/2021) bukan cerpen karangannya, melainkan karangan salah satu muridnya yang ia sebut bernama Afrilia.

Dalam pengakuannya itu, Sulak dinilai arogan karena mengatakan, "Jika cerpen kalian saya kirim ke koran dengan nama saya sebagai penulisnya, cerpen itu pasti dimuat."

Sulak mengakui bahwa ia hanya menyumbang paragraf pertama dari cerpen tersebut. Ia kemudian mengajukan tantangan kepada para muridnya, untuk meneruskan paragraf pertama tersebut menjadi satu cerpen utuh, dan muridnya yang bernama Afrilia itu yang akhirnya bisa melanjutkan dan menyelesaikannya.

"Afrilia menulis cepat. Ia merampungkan cerita pada hari berikutnya. Saya mengirimkannya ke Jawa Pos dengan nama saya sebagai penulisnya," kata Sulak.

Masih menurut Sulak, Jawa Pos tidak berarti kecolongan dalam kasus "balik nama" cerpen tersebut. Menurutnya, cerpen yang ditulis Afrilia itu termasuk cerpen bagus dan ia sendiri mengakui bahwa ia mengedit cerpen itu dan menjadikannya lebih bagus, sebelum mengirimkannya ke Jawa Pos.

"Dan dalam hal ini, saya editor. Dalam urusan penulisan dan penerbitan naskah, saya sering mengatakan kepada teman-teman: Kita beruntung jika naskah kita ditangani oleh editor yang cakap dalam urusannya, atau yang jauh lebih baik pengetahuannya ketimbang kita. Naskah kita berpeluang menjadi lebih bagus di tangan editor seperti itu," kata Sulak.

Di bagian akhir pengakuannya, Sulak menyatakan bahwa ia mengembalikan cerpen "Bidadari Bunga Sepatu" kepada penulis aslinya, Afrilia, serta menyampaikan terima kasih kepada Jawa Pos yang telah memuat cerpen tersebut.

"NB. Saya tentu hanya akan satu kali melakukan hal seperti ini. Satu kali pun sudah lebih dari cukup. Namun, saya terpikir juga untuk membantu meringankan pekerjaan redaktur: Jika saya kelak mengirimkan cerita karangan siapa pun kepada mereka, mereka boleh meyakini bahwa saya sudah menjalankan fungsi editor untuk tulisan itu sebaik-baiknya," tutup Sulak.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X