Sampai saat ini, belum ada bukti yang menyebutkan bahwa kekebalan tubuh atau antibodi seseorang yang terinfeksi virus corona, dapat mencegah paparan virus selanjutnya.
Pendapat tersebut berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan di sejumlah negara.
Tes ini menggunakan antibodi yang ada di dalam plasma darah, yang terbentuk setelah seseorang terinfeksi virus corona.
"Saat ini kita tidak punya bukti bahwa penggunaan tes serologi bisa menunjukkan seseorang punya kekebalan atau terlindungi dari reinfeksi," kata pakar epidemologi Dr Maria van Kerkhove, yang dilansir dari Sky.com.
Penggunaan tes antibodi ini tengah menjadi sorotan, karena sensitivitasnya yang dinilai rendah.
Antibodi hanya akan menunjukkan bahwa seseorang pernah terpapar virus, tidak ada bukti dan jaminan bahwa antibodi dapat melindungi orang tersebut dalam jangka waktu yang panjang.
"Tidak seorang pun yakin apakah seseorang dengan antibodi benar-benar terlindungi dari penyakit atau akan terpapar lagi," ucap dr. Mike Ryan selaku direktur eksekutif organisasi kesehatan dunia WHO.