Dampak Resesi Global Diyakini Cuma 2%, Indonesia Bisa Bertumpu pada Permintaan Domestik

- Jumat, 12 Mei 2023 | 07:00 WIB
Indonesia diyakini tidak akan terlalu terdampak oleh resesi perekonomian global, dengan memperkuat permintaan domestik. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Indonesia diyakini tidak akan terlalu terdampak oleh resesi perekonomian global, dengan memperkuat permintaan domestik. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Indonesia diyakini tidak akan terlalu terdampak oleh resesi perekonomian global yang saat ini menjadi kekhawatiran bersama dunia internasional. Penguatan kekuatan domestik perekonomian Indonesia, dinilai menjadi kunci agar Indonesia dapat terhindar dari bahaya yang mengintai perekonomian dunia tersebut.

Chief Economist BRI sekaligus Direktur Utama BRI Research Institute, Anton Hendranata, meyakinkan masyarakat Indonesia agar tidak panik meyikapi kondisi tersebut. Sebabnya, Indonesia telah berpengalaman bertahan dalam krisis ekonomi dan finansial global pada 2008-2009 (GFC 2008/2009) lalu.

Saat itu, Indonesia hanya mengalami perlambatan ekonomi, namun tidak terseret ke dalam resesi. Perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh positif sebesar 4,6% tahun 2009 dari 6% pada 2008.

Padahal di tahun itu, krisis ekonomi yang ditandai kebangkrutan Bank Lehman Brothers, daya rusaknya jauh lebih besar dari kolapsnya SVB, Signature Bank, dan First Republic Bank di tahun ini. Lalu indikator persepsi risiko yang diwakili oleh credit default swap (CDS) dari lima bank besar di AS (Bank of America, Citi Group, JP Morgan, Wells Fargo, dan Morgan Stanley) lebih melonjak signifikan pada saat kolapsnya Lehman Brothers.

-
Chief Economist BRI sekaligus Direktur Utama BRI Research Institute, Anton Hendranata meyakini Indonesia tidak akan terlalu terdampak oleh resesi perekonomian global. (Ist)

Baca Juga: Rhenald Kasali Nilai Ancaman Badai Resesi Mulai Reda

Dengan demikian, kekhawatiran dan ketakutan jatuhnya Lehman Brothers (GFC 2008/09) terbukti kadarnya jauh lebih tinggi, dibandingkan dengan jatuhnya SVB dan lain-lain saat ini.

"Fakta-fakta tersebut, telah membuka nalar sehat kita, bahwa jika AS mengalami resesi tahun 2023, dampak negatifnya kemungkinan besar tidak akan separah krisis ekonomi global 2008/09,"  kata Anton.

"Indonesia akan jauh dari episentrum resesi ekonomi global 2023. Fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih sehat dan kuat dibandingkan kondisi 15 tahun lalu, pada saat resesi ekonomi global 2008/09," sambungnya.

Anton melanjutkan, keyakinan itu diperkuat dengan perhitungan yang telah dibangun oleh BRI pada Juli 2022 dengan menggunakan Markov Switching Dynamic Model. Di sana menunjukkan, jika AS mengalami resesi ekonomi 2023, maka probabilitas Indonesia mengalami resesi ekonomi hanya 2 persen. Angka tersebut sama persis dengan konsensus Bloomberg pada April 2023 ini.

-
Chief Economist BRI sekaligus Direktur Utama BRI Research Institute, Anton Hendranata meyakini Indonesia tidak akan terlalu terdampak oleh resesi perekonomian global. (Ist)

Selanjutnya, Anton menyarankan berbagai pihak untuk memperkuat kekuatan domestik perekonomian Indonesia, di antaranya dengan mengoptimalkan konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak utama perekonomian.

Baca Juga: Bisnis Kuliner MakCiak Bagikan Strategi Bisnis Bangun Usaha di Tengah Ancaman Krisis

Di sisi lain, pemerintah harus mampu menjaga daya beli masyarakat level menengah ke bawah dan menggerakkan perekonomian lokal/daerah melalui stimulus fiskal seperti Bantuan Sosial (Bansos), perlinsos, dana desa, dan lain-lain.

"Pelaku UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia harus dikuatkan dan dibantu secara berjenjang dan berkesinambungan, terutama dari sisi pembiayaan dan pemberdayaannya.

"Skema KUR yang tepat sasaran dan subsidi bunga yang efektif, mendorong inklusi keuangan, dan literasi keuangan akan membuat pelaku UMKM semakin mandiri dan kompetitif. Pada saat UMKM kuat maka Indonesia akan kuat menghadapi badai resesi ekonomi global," tutupnya.

Halaman:

Editor: Gema Trisna Yudha

Tags

Rekomendasi

Terkini

X