Pewarta Ikut Jadi Korban Kekerasan dan Intimidasi Oknum Aparat

- Kamis, 26 September 2019 | 09:48 WIB
Sejumlah jurnalis berunjuk rasa di depan gedung DPRD Kota Blitar, Jawa Timur, Rabu (25/9). Jurnalis yang tergabung di PWI dan IJTI menuntut Kapolri untuk menindak tegas oknum polisi yang melakukan kekerasan terhadap wartawan yang meliput aksi demonstrasi
Sejumlah jurnalis berunjuk rasa di depan gedung DPRD Kota Blitar, Jawa Timur, Rabu (25/9). Jurnalis yang tergabung di PWI dan IJTI menuntut Kapolri untuk menindak tegas oknum polisi yang melakukan kekerasan terhadap wartawan yang meliput aksi demonstrasi

Demonstrasi menolak Revisi UU KPK dan RKUHP yang berujung anarkis di sejumlah daerah dua hari terakhir tidak hanya memakan korban mahasiswa. Wartawan pun ikut menjadi bagian. 

Seperti di Makassar, Sulawesi Selatan. Jurnalis Kantor Berita Antara, Darwin Fatih yang meliput jalannya aksi ikut menjadi korban pemukulan oknum polisi saat aksi di depan gedung DPRD berujung bentrok pada Selasa (24/9) sore.

Darwin menjelaskan peristiwa pengeroyokan oknum polisi terjadi saat mahasiswa berhasil masuk ke halaman gedung DPRD Sulawesi Selatan.

Demo yang awalnya berjalan damai, berubah menjadi bentrokan antar mahasiswa dan polisi setelah gas air mata dan tembakan meriam air dari mobil baracuda digunakan untuk membubarkan massa yang masuk ke halaman gedung DPRD.

Saat kekacauan terjadi sejumlah oknum polisi mengejar dan menganiaya mahasiswa yang ingin keluar gedung DPRD. Menurut Darwin, dirinya sempat mengingatkan para oknum polisi untuk menghentikan aksi brutal terhadap mahasiswa.

Bukannya menghentikan aksi emosional, para oknum polisi tersebut malah melarang meliput dan mencoba menghalang-halangi Darwin dalam menggambil gambar.

"Saya berusaha mengingatkan bahwa perlakuan itu diliput media, imbasnya bisa berakibat pada kredibilitas kepolisian di mata publik. Karena kejadian itu fakta, maka jurnalis berhak meliputnya, sebab (tugas kami) dilindungi Undang-Undang Pers. Namun tidak didengarkan, bahkan ada yang menghardik saya dengan kata-kata menantang. Lalu saya dikerumuni mereka, lantas dipukuli beramai-ramai seperti mahasiwa," ungkap Darwin saat menjelaskan kronologi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/9).

Peristiwa yang menimpa Darwin juga dialami oleh jurnalis di daerah lain, seperti di Jakarta saat meliput aksi mahasiswa di depan gedung DPR dan di Jayapura.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mencatat ada empat jurnalis yang mendapat intimidasi dan kekerasan saat meliput demo di kawasan gedung DPR pada Selasa lalu. Mereka dari media Kompas.com, IDN Times, Katadata serta Metro TV. Sementara di Makassar ada jurnalis Antara, Inikata.com dan Makassar Today.

Ketua Bidang Advokasi AJI Indonesia Joni Aswira menjelaskan kasus intimidasi dan kekerasan yang dilakukan oknum polisi kepada wartawan di Jakarta, Jayapura dan Makassar karena merekam aksi kebrutalan aparat terhadap massa demonstran.

"Aparat tidak menginginkan jurnalis merekam aksi kebrutalan mereka terhadap demonstran dan ini tentu sangat membahayakan buat kita, terutama teman-teman semua, kita dibayangi ancaman saat meliput aksi unjuk rasa yang ingin melaporkan sejernih dan seakurat mungkin informasi kepada publik," ujar Joni.

Aksi serupa juga terjadi saat wartawan meliput kericuhan demonstrasi yang digalang massa berpakaian putih abu-abu di bawah kolong flyover Slipi, Jakarta Barat, Rabu (25/9).

Mereka adalah wartawan Harian Kompas, Insan Al Fajri dan wartawan Republika. Intimidasi yang dilakukan dua orang aparat tersebut yakni meminta telepon genggam, menghapus sejumlah foto dari handphone milik Al Fajri, memeriksa akun instagram wartawan Republik dan mengusir kedua awak media tersebut di lokasi peliputan. 

Istana dan Dewan Pers angkat bicara

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan kekerasan dan intimidasi yang dilakukan oknum kepolisian kepada wartawan seharusnya tidak terjadi.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X