Ramadan di Amerika: Puasa 16 Jam hingga Rindu Tradisi Bangunkan Sahur 

- Minggu, 17 Mei 2020 | 20:58 WIB
Kasmawati Ahmad (Dok Pribadi)
Kasmawati Ahmad (Dok Pribadi)

Menjalani Ramadan di tanah rantau bukanlah hal yang mudah, terlebih dalam kondisi pandemi virus corona seperti saat ini. Itulah yang dirasakan oleh mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Amerika Serikat, Kasmawati Ahmad.

Mahasiswi Clark University tersebut mengaku rindu momen Ramadan yang tidak bisa ia dapatkan saat berada di Negeri Paman Sam, seperti salat tarawih berjamaah dan tradisi membangunkan sahur.

"Di suasana Ramadan ini, yang sangat saya rindukan adalah sholat tarawih dan suara anak-anak yang bangunin sahur. Ingat banget, kalau di Indonesia, semua masjid pasti sudah penuh dengan jamaah. Di Masjid ramai dan kadang ketemu kerabat yang sudah lama tidak ketemu. Di saat sahur, bisa kedengaran suara anak-anak sambil nyanyi atau teriak-teriak “sahur-sahur”. Di sini, cuma suara alarm HP aja atau teman yang bangunin. Nggak ada suara adzan. Sedih banget sebenarnya," kata perempuan asal Pulau Buru, Maluku itu. 

-
Kasma bersama teman-teman muslim (Dok Pribadi)

 

Meski demikian, Kasma -sapaan akrabnya, tetap bisa melalui Ramadan indah bersama empat teman kosnya yang juga muslim. Mereka berasal dari Arab Saudi, Pakistan, India dan Algeria. Setiap harinya, mereka sepakat untuk memasak makanan khas dari negara masing-masing. Kasma pun memilih memasak kolak, gorengan dan sambal karena mudah dan praktis. Sementara teman-temannya yang lain membuat sup, roti dan pasta dengan rasa yang bervariasi.  

"Makanan di atas meja saat buka puasa jadi sangat bervariasi," tuturnya. 

-
Makanan buka puasa khas masing-masing negara

 

Sementara untuk mengobati rasa rindu terhadap jajanan buka puasa di Indonesia, penerima beasiswa LPDP BIT itu memilih untuk membuatnya sendiri.

"Saya masih belajar untuk mencoba memasak beberapa jajanan yang bisa mengobati rasa rindu rumah," katanya.

Kasma bercerita, semula ia sempat khawatir menjalani Ramadan di Amerika dengan lama waktu puasa selama 16 jam, sementara di Indonesia hanya 13 jam. Namun berkat teman-temannya sesama muslim ia bisa menikmati Ramadan di tanah rantau. 

"Alhamdulillah, saya sangat menikmati suasana ramadan di Amerika walaupun saya sempat khawatir dengan perbedaan waktu dan lingkungan di sini. Kebetulan saya tinggal dengan kawan-kawan muslim dari empat negara yang berbeda apalagi di sini muslim community-nya sangat kuat sehingga masalah perbedaan suasana bisa sedikit ringan untuk saya hadapi," paparnya.

Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di Amerika, Kasma yang tinggal di Worcester, Massachusetts mengaku tidak mengalami kesulitan. Ia dapat dengan mudah menemukan supermarket yang menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari. Dekat apartemennya, ada lima supermarket asia yang menyediakan bahan-bahan masakan merek Indonesia.

"Bahkan di sini, saya bisa gampang dapat ikan segar tiap hari jumat di salah satu Asian Market jaraknya hanya 8 menit jalan kaki dari apartemen saya. Saya biasanya belanja seminggu sekali langsung ke supermarket," tuturnya.

-
Ikan segar di salah satu supermarket di Worcester, Massachusetts (Dok Prinadi)

 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X